Pengumuman mengenai tenggat bagi para pemilik salon di negara keamiran Islam itu sempat memicu aksi protes publik. Puluhan ahli kecantikan dan penata rias berunjuk rasa di ibu kota Kabul.
Petugas keamanan Taliban kemudian mengerahkan pemadam kebakaran dan menembakkan pistol gas air mata ke udara untuk membubarkan para demonstran.
Taliban mengatakan keputusan menutup salon kecantikan disebabkan adanya sejumlah layanan yang bertentangan dengan ketentuannya. Selain itu, menimbulkan kesulitan ekonomi di kalangan keluarga pengantin saat perayaan pernikahan.
Putusan Taliban pada Selasa, 25 Juli 2023, menambah jumlah pengekangan atas hak dan kebebasan bagi perempuan dan anak di Afghanistan. Sebelumnya, mereka juga tidak mengizinkan kaum hawa bersekolah, beraktivitas di ruang publik, dan bekerja. Larangan itu memicu kecemasan dari kelompok internasional yang khawatir akan dampak pengusaha perempuan di Afghanistan.
PBB minta larangan dicabut
Perserikatan BangsaBangsa (PBB) mengatakan pihaknya sedang terlibat dengan otoritas Afghanistan untuk mencoba mencabut larangan tersebut.
“Mendukung upaya misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) yang telah meminta secara de facto untuk menghentikan maklumat penutupan salon kecantikan,” ungkap Sekjen PBB Antonio Guterres.
Senada dengan Guterres, Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq berpendapat dekrit tersebut merugikan perempuan di Afghanistan.
“UNAMA sudah mengatakan bahwa halangan hak perempuan ini akan berdampak negatif pada ekonomi serta bertentangan dengan dukungan kewirausahaan perempuan dan kami akan mengusahakan pencabutan larangan itu,” katanya.
Sejumlah layanan yang ditentang Taliban dan diklaim melanggar hukum Islam antara lain pembentukan alis, penggunaan rambut orang lain untuk menambah rambut alami wanita (extension), dan penggunaan riasan (make up) yang dianggap menghalangi air wudu. Dok.Media Indonesia
AFP PHOTO/Wakil Kohsar Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News