Jakarta: Calon Presiden petahana Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev berhasil mempertahankan kekuasaannya dengan meraih 87,1% suara pada pemilihan umum (pemilu) pada Minggu (9/7). Lebih dari 15 juta pemilih berpartisipasi dalam pesta demokrasi kali ini.
Mirziyoyev, yang telah memimpin negara terpadat di Asia Tengah sejak 2016 itu, menyerukan pemilihan cepat setelah mengubah konstitusi melalui referendum. Konstitusi baru mengatur ulang penghitungan masa jabatannya dan memperpanjang masa jabatan presiden dari lima tahun menjadi tujuh tahun.
Mirziyoyev, yang mencalonkan diri melawan tiga kandidat yang sebagian besar tidak populis, yakni dari Partai Ekologi, Partai Demokratik Rakyat, dan Partai Sosial Demokrat Adolat. Ketiganya hanya mendapatkan suara sedikit.
Mirziyoyev sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri di bawah pendahulunya, Islam Karimov, dan menyebut dirinya sebagai seorang pembaru sejak berkuasa, berjanji untuk menciptakan Uzbekistan baru.
Dia telah melakukan reformasi yang telah lama ditunggu-tunggu yang menyederhanakan pajak, menghilangkan rintangan bagi bisnis, dan memungkinkan banyak orang menyelesaikan masalah birokrasi mereka melalui petisi di situs web kepresidenan.
Penghormatan terhadap hak asasi manusia bernasib lebih baik di bawah Mirziyoyev. Dia mengakhiri kerja paksa di ladang kapas negara itu dan membebaskan tahanan politik yang dipenjara selama pemerintahan panjang Karimov.
Namun, pemerintah saat ini juga dituduh berusaha melemahkan upaya demokrasi. Selama kampanye Mirziyoyev berfokus pada isu ekonomi dan pendidikan. Dia mengatakan tujuannya untuk menggandakan produk domestik bruto (PDB) negara itu menjadi US$160 miliar dalam waktu dekat.
Seperti negara-negara lain di Asia Tengah, Uzbekistan mencoba untuk meminimalkan kerugian tambahan dari sanksi Barat yang dijatuhkan terhadap mitra dagang tradisionalnya Rusia atas perang di Ukraina.
Kelemahan rubel Rusia berarti Tashkent diperkirakan akan mengalami penurunan arus masuk valuta asing dari jutaan warga Uzbekistan yang bekerja di Rusia. Dok.Media Indonesia
Foto: AFP PHOTO/Uzbek Presidential Press Service Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News