Hipertensi Picu Penyakit Berbahaya

Hipertensi Picu Penyakit Berbahaya

19 Mei 2021 12:27
WAKIL Wali Kota Dumai, Amris, dan Kapolsek Binangun Iptu Sahal menjadi korban keganasan covid-19 dengan penyakit penyerta berupa hipertensi. Keduanya meninggal dunia, pekan lalu, setelah mendapatkan perawatan medis di rumah sakit, tetapi tak tertolong.

Begitulah, hipertensi menguasai separuh kasus covid-19 di Indonesia yang tak jarang berujung kematian. Karena itulah, di masa pandemi ini hipertensi atau tekanan darah tinggi mendapat predikat penyakit paling berbahaya.

Dalam studi kohort multinasional terbaru yang melibatkan 2.130 ibu hamil di 18 negara, peneliti menyatakan bahwa hipertensi yang memicu preeklamsia juga menjadi faktor pemicu tingginya angka kematian pada ibu hamil yang terinfeksi covid-19.

“Ibu hamil dengan covid-19 berisiko empat kali lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan seperti preeklamsia, kelahiran prematur, hingga kematian jika dibandingkan dengan ibu hamil tanpa diagnosis covid-19,” sebut peneliti dalam studi yang dirilis JAMA Pediatrics, Kamis, 22 April 2021.

Hipertensi juga dialami Leny, 40, salah satu di antara 1,6 juta penyintas covid-19 di Indonesia. Hari-harinya kini ditambah rutinitas baru, yaitu rajin meminum obat hipertensi dan mengelola stres. “Sebetulnya saya justru darah rendah. Sudah turunan dari pihak ibu,” cuitnya dalam sebuah grup jejaring pertemanan berisi penyintas covid-19.

Dokter spesialis penyakit dalam, Pringgodigdo Nugroho, menjelaskan banyak penderita hipertensi tidak menyadari kondisinya karena itu penyakit ini harus diwaspadai.

Pasalnya, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol ini menjadi salah satu penyebab utama berbagai penyakit berbahaya, seperti gagal jantung, penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.

“Sebagian besar tidak tahu kalau dia menderita hipertensi. Dari yang berobat juga sebagian besar tekanan darahnya tidak terkontrol,” ujarnya dalam akun Instagram RSCM Kencana saat peringatan Hari Hipertensi pada 17 Mei 2021.

Hipertensi atau darah tinggi ialah kondisi tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi di atas 140/90 mm/ hg. “Bila sistoliknya normal atau di bawah 140, tapi diastoliknya di bawah 90, juga bisa dinyatakan hipertensi,” jelas Pringgodigdo.

Gaya hidup baru
Sebanyak 90%-95% kasus hipertensi disebabkan multifaktor alias tidak ada penyebab khusus yang dominan (primer) dengan faktor penyebab seperti genetik, kekakuan pembuluh darah akibat lemak, kolestrol, saraf, dan ginjal.

Untuk mengatasi atau menangani bahaya dari hipertensi, dokter Pringgodigdo menyarankan pemeriksaan tekanan darah rutin sebagai gaya hidup baru. “Semua orang dewasa di atas umur 18 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah oleh dokter atau mandiri di rumah,” katanya.

Selain rutin minum obat, tambah Pringgodigdo, menjaga pola hidup sehat ialah keharusan, seperti diet rendah garam kurang dari 5 gram per hari, mengonsumsi sayur dan buah, menghindari lemak susu dan menurunkan berat badan.

Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan hipertensi, bila tidak dicegah atau dikendalikan, akan mengakibatkan beratnya beban negara. Dok Media Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis hipertensi