Memantau Ketahanan dengan Instrumen Neraca Air

Memantau Ketahanan dengan Instrumen Neraca Air

21 Agustus 2021 12:25
KETAHANAN air menjadi salah satu masalah utama bagi banyak negara di dunia karena krisis air dapat terjadi jika pemanfaatan dan pengelolaan air tidak dijaga.

“Di Indonesia saja, nisbah konsumsi ketersediaan air biru (air permukaan dan air tanah) sudah mencapai 23%. Masih tergolong tidak kritis memang, tetapi boleh jadi ada daerah-daerah tertentu yang sudah kritis,” terang Peneliti Bidang Teknologi Instrumentasi Pusat Penelitian Fisika LIPI, Profesor Riset Sensus Wijonarko, Jumat, 20 Agustus 2021.

Sensus telah melakukan penelitian Instrumentasi Neraca Air dalam Sistem Pengamat Hidrometeorologi Terpadu untuk Upaya Mewujudkan Ketahanan Air sebagai salah satu upaya dalam menjaga ketahanan air. “Ketahanan air suatu wilayah dapat dilihat dari neraca air di wilayah tersebut,” ujarnya.

Instrumentasi neraca air adalah sistem yang dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengukur dan mengendalikan sebagian input, proses, dan output air di suatu area. Tujuannya menjaga ketersediaan dan ketahanan air area tersebut. Instrumentasi ini diharapkan dapat masuk Sistem Terpadu Pengamat Hidrometeorologi Indonesia guna menjadi salah satu komponen jaringan yang lebih luas seperti WIGOS (World Meteorological Organization Integrated Global Observing System).

Instrumentasi neraca air berbentuk kalang terbuka dan kalang tertutup. Instrumentasi neraca air kalang terbuka (searah) ialah instrumentasi yang neraca airnya tidak memiliki umpan balik (air di bagian keluaran dalam neraca air tersebut tidak ada yang kembali ke bagian masukannya). 

Sementara itu, instrumentasi neraca air kalang tertutup (daur air) merupakan instrumentasi neraca air, sebagian air di bagian proses dan/atau luaran kembali ke bagian masukan. Selanjutnya, instrumentasi neraca air Web Based Rain Gauge Calibrator (WBRGC).
 
Sensus menyampaikan instrumentasi ini digunakan untuk menjadi alternatif metode kalibrasi pengukur curah hujan yang ada saat ini, yaitu metode statis, dinamis dan otomatis. “WBRGC memiliki keunggulan, antara lain hasil kalibrasi sudah dapat diperoleh di depan meja pengambil keputusan sewaktu petugas kalibrasi masih di lapangan,” terang Sensus.
 
Ke depan, instrumentasi neraca air ini akan ikut serta dalam program Smart Water Management System (SWMS) dan mengujiterapkan pada pihak terkait, seperti untuk pulau kecil berpenghuni, PDAM, dan hotel. Dok Media Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis Air Bersih