Waspada Demam Tifoid pada Anak

Waspada Demam Tifoid pada Anak

15 Mei 2024 10:13
Jakarta: Moms, bukan hanya diare sebagai masalah pencernaan pada anak. Padahal, demam tifoid juga sering kali terjadi pada masa anak-anak.

Dalam tumbuh kembang anak, masalah pada pencernaan selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Karena proses penyerapan nutrisi terjadi di saluran cerna, pencernaan yang sehat menjadi kunci tubuh yang sehat.

Memahami berbagai masalah pencernaan anak, tidak hanya penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, juga untuk memastikan bahwa anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Ada beragam masalah pencernaan anak yang sering muncul, salah satunya adalah demam tifoid. Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyebaran infeksi terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi bakteri. 

Demam tifoid tak bisa begitu saja disepelekan. Menurut data dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, pada 2019, sekitar 9 juta orang mengalami demam tifoid dan 110.000 orang di antaranya mengalami kematian setiap tahun.

 
Mengapa bisa terjadi demam tifoid?



Kelompok usia yang rentan menderita demam tifoid adalah anak lima tahun ke atas. Pada usia tersebut, anak sudah mulai masuk sekolah dan mengenal jajanan di luar rumah. Makanan atau jajanan yang kurang bersih dapat mengandung kuman S. typhii dan masuk ke tubuh anak jika termakan.

Demam tifoid cenderung terjadi pada area dengan sanitasi yang kurang baik dan kebersihan air minum yang kurang terjaga. Akses air minum bersih, sanitasi yang kuat, higienitas saat mengolah makanan, dan vaksinasi tifoid efektif mencegah terjadinya infeksi penyakit ini.

 
Apa saja gejala demam tifoid pada anak?



Gejala yang ditimbulkan meliputi demam yang berkepanjangan, sakit kepala, mual, nyeri perut, konstipasi, atau diare. Sebagian penderita bahkan dapat mengalami ruam. Kasus demam tifoid yang berat dapat menyebabkan komplikasi berat yang berakibat fatal.

Gejala-gejala seperti ini juga dapat muncul pada infeksi saluran cerna yang lain. Oleh karena itu, sering kali orang tua menyebutnya sebagai “gejala tipus”. 

Namun, yang membedakan adalah pada demam tifoid, suhu tubuh anak ketika demam perlahan-lahan semakin tinggi setiap harinya (step ladder).

Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotika. Meskipun gejala sudah menghilang, tetapi penderita dapat menjadi carrier yang masih dapat menyebarkan infeksi ke orang lain melalui bakteri di tinja. Sehingga, penting dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bakteri Salmonella typhi sudah tidak ada lagi dalam tubuh pasien.

 
Bagaimana agar terhindar dari demam tifoid?



Infeksi kuman tifoid berhubungan dengan kebiasaan seseorang dalam menjaga kebersihan dirinya. Karena penularannya melalui mulut atau makanan, hindarkan anak dari kebiasaan jajan sembarangan. 

Dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp. A, Subsp. G. H. selaku Dokter Spesialis Anak Subspesialis Gastrohepatologi Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menjelaskan cara mencegah infeksi bakteri Salmonella typhi.


Beberapa cara mencegah infeksi bakteri Salmonella typhi adalah:

 
  1. Memasak makanan sampai matang
  2. Menghindari susu mentah dan mengonsumsi susu pasteurisasi atau susu steril
  3. Menghindari konsumsi es batu yang tidak jelas sumber airnya
  4. Mengonsumsi air minum yang steril atau sudah dimasak
  5. Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun sebelum mengolah makanan dan sebelum makan
  6. Mencuci sayur dan buah dengan benar

Vaksinasi demam tifoid juga diperlukan bagi anak. Vaksinasi tifoid direkomendasikan untuk anak berusia 2 tahun dan orang dewasa sampai usia 45 hingga 65 tahun (tergantung dari jenis vaksin yang digunakan). dok.Medcom.id  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis kesehatan anak