Memahami Pergerakan Kerak Samudra

Memahami Pergerakan Kerak Samudra

04 September 2021 11:01
LETAK geografis Indonesia yang berada di antara dua samudra menjadikannya rentan terhadap bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami. Bencana alam yang sering terjadi ini salah satu faktor penyebabnya ialah pergerakan kerak samudra.
 
“Selain membentuk sumber daya alam, mineral, dan migas, kerak samudra ini juga menyimpan bencana,” kata Haryadi Permana yang juga peneliti bidang geologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam acara pengukuhannya sebagai profesor riset, Rabu, 1 Septembre 2021 lalu.

Lapisan kerak bumi terbagi menjadi kerak samudra dan kerak benua. Kepingan kerak samudra umumnya disebut ofiolit (ophiolite) merupakan bagian dari litosfer bumi yang permukaannya berada di cekungan samudra dan utamanya terbentuk karena Punggungan Tengah Samudra. Kepingan kerak samudra purba terbentuk dalam lingkungan tektonik yang beragam dengan rentang waktu umur kerak samudra.

Dimulai dari Zaman Mesosoik, Masa Jura (190–155 juta tahun lalu), Masa Kapur (145–62 juta tahun lalu), Sub-Masa Paleogen, yaitu pada Kala Eosen (55–33 juta tahun lalu), Kala Oligosen (27 juta tahun lalu), sampai paling muda, yaitu Kala Miosen (20–9 juta tahun lalu). 

Dalam orasi ilmiahnya berjudul Pemanfaatan Hasil Riset Kepingan Kerak Samudra Purba dalam Perspektif Dinamika Kerak Bumi Aktual, ia menjelaskan pergerakan kerak samudra ini membentuk jalur gempa bumi dan jalur gunung-gunung api aktif, di daratan dan di bawah laut.
 
Pemahaman dan pengetahuan dasar kerak samudra ini semestinya dapat dijadikan sebagai bahan dalam meningkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.

Pasalnya, selain diakibatkan oleh gempa bumi di dasar laut, menurut Haryadi, tsunami juga dapat ditimbulkan oleh longsoran bawah laut. Potensi tersebut, misalnya, teridentifikasi di perairan Mentawai, yakni longsoran bawah laut dapat memicu tsunami lokal yang dapat mengancam Kota Padang, Sumbar.

“Untuk kegiatan mitigasi bencana dalam mengantisipasi korban bencana, perlu dilakukan penelitian kebencanaan sepanjang busur Sumatra,” seru Haryadi.

Selain itu, kegiatan pendidikan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami secara mandiri harus digencarkan.

Di Indonesia, menurutnya, kepingan kerak samudra tersebar di jalur penunjaman purba yang membentuk zona sutura dari Jawa ke Kalimantan, kemudian sepanjang bagian tengah Papua.

Di akhir orasinya, Haryadi berharap peran ilmu geologi-petrologi terkait kerak samudra di masa mendatang dapat lebih berperan dalam menjawab kebutuhan dan keputusan strategis nasional.
 
“Pemahaman kerak samudra Indonesia sangat strategis karena terkandung di dalamnya sumber daya masa depan dan dilihat sebagai salah satu bentuk kedaulatan sebagai negara perairan,” ujarnya. Dok Media Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis bencana alam