Bagaimana tidak, penyakit yang menyerang anak-anak, utamanya anak berusia di bawah lima tahun ini, mengalami lonjakan pesat sejak September 2022.
Sebelumnya disebutkan beberapa pasien anak yang mencapai 152 orang menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), harus menjalani cuci darah akibat infeksi tersebut. Namun begitu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa fenomena ini masih belum konklusif terkait penyebabnya sehingga masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut.
Dan pada konferensi pers yang diadakan secara online oleh Kemenkes pada Rabu, 19 Oktober 2022 ini disebutkan oleh Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH kasus Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 kasus, dari 20 provinsi.
Dengan tingkat kematian 99 kasus atau 48 persen, di mana angka kematian pasien yang dirawat khususnya di RSCM sebagai rumah sakit rujukan nasional-ginjal, mencapai 65 persen.
Gejala berkurangnya pembuangan urine/anuria
Seperti yang dijelaskan oleh dr Henny Adriani, SpA(K), gejala gagal ginjal akut misterius pada anak diawali dengan infeksi seperti batuk-pilek. Dan untuk kasus ini dr. Henny lebih menggunakan istilah gangguan ginjal akut progresif karena kasusnya cepat, tidak seperti biasanya.
Anak hanya beberapa hari timbul diare atau muntah, kemudian demam, kemudian dalam tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urinenya. Jadi tidak bisa buang air kecil, betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya. Anak-anak ini hampir semuanya datang dengan keluhan tidak buang air kecil, atau buang air kecilnya sangat sedikit.
Hal ini pun diamini oleh Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, dr. Yanti Herman. Melalui konferensi pers virtual, Jumat, 14 Oktober lalu, dr. Yanti menjelaskan bahwa mereka yang dirawat mengalami gejala paling khas berupa berkurangnya pembuangan urine, bahkan tidak keluar sama sekali.
"(Gejala) paling khas adalah penurunan jumlah air kencingnya atau buang air kecilnya yang kita kenal dengan oliguria. Atau sama sekali tidak ada urinenya, yang kita kenal dengan anuria," papar dr. Yanti.
Gejala prodromal atau awal yang muncul, dan harus orang tua perhatikan:
- ISPA (infeksi saluran pernapasan akut): 18,4 persen
- Infeksi saluran cerna: 44,1 persen
- Demam: 30,3 persen
Kemudian dilanjutkan dengan gejala gangguan ginjal akut (AKI), seperti:
- Oliguria (penurunan urine): 24,3 persen
- Anuria (tidak ada urine): 69,1 persen
Yang paling penting imbuh dr. Yanti adalah para orang tua harus memantau warna dan jumlah urine anak di rumah. Jika urine berkurang di mana urine berkurang jumlahnya dari 0,5 ml per kg berat badan per jam dalam 6-12 jam atau bahkan tidak ada urine sama sekali anuria selama 6-8 jam saat siang hari. Bila itu terjadi, segera bawa anak ke rumah sakit.
"Ingat, tidak semua pasien gangguan ginjal akut misterius mengalami demam. Begitu juga perihal ada atau tidak riwayat gagal ginjal, ada pasien gangguan ginjal akut misterius yang tidak pernah mengalami gagal ginjal sebelumnya. Jadi demam bukan gejala yang khas, bisa disertai atau tanpa disertai demam atau gejala infeksi yang lain," pungkas dr. Yanti. Dok: Medcom.id/Gaya Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News