Jakarta: Aksi pembuangan susu sebagai aksi penolakan impor susu semakin menjadi perhatian publik. Susu lokal seolah kalah dari susu impor.
Fakta yang diungkap oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) Sony Efendi menyatakan bahwa industri pengolahan susu lebih memilih susu dari luar karena susu dalam negeri cenderung mengandung air, sugar syrup, karbonat, dan hidrogen peroksida.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produksi susu dalam negeri sebesar 0,9 juta ton, sementara kebutuhan mencapai 5,78 juta ton, sehingga kekurangannya mencapai 4,88 juta ton (setara 1,25 juta ekor sapih perah laktasi).
Kekurangan tersebut dipasok dari luar negeri, seperti Selandia Baru, Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara eropa lainnya.
Menteri Pertanian Andri Amran Sulaiman mengatakan bahwa industri menolak susu dari dalam negeri karena kualitasnya kurang bagus dibanding impor.
"Kuota dibatasi karena kualitas. Sehingga ini (kualitas susu) diperbaiki, kuota impor kita batasi," katanya.
Sementara itu, penyebab kualitas sapi perah menurun karena susu lokal tidak diproteksi pemerintah, membanjirnya susu impor, dan maraknya perkawinan sedarah.
Ribut-ribut soal susu tersebut tentu tidak akan sesuai dengan misi pemerintah yaitu makan bergizi gratis jika kuota susu tidak terpenuhi.
"Jadi, jika program makan bergizi gratis jalan, pasti ada new emerging market. Kebutuan akan susu pasti meningkat," kata Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana.
Sumber: Redaksi Metro TV/Kementerian Pertanian Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News