Percepatan Transisi Energi sebagai Dukungan Presidensi G-20 di Indonesia

Percepatan Transisi Energi sebagai Dukungan Presidensi G-20 di Indonesia

14 Februari 2022 11:51
Pada 31 Oktober 2021 Indonesia mendapat kepercayaan dunia untuk memegang Presidensi G-20. Presidensi G-20 Indonesia resmi dimulai pada 1 Desember 2020 hingga KTT G-20 selanjutnya pada November 2022. Dalam menjalankan amanat itu, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan tiga isu penting yang akan dibahas, yaitu kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi.

Sebagai salah satu isu Presidensi G-20, transisi energi cukup mendapat perhatian dunia mengingat saat ini diperlukan upaya untuk mengurangi energi-energi fosil yang selama ini banyak digunakan dan mengalihkan energi polutif tersebut ke energi baru terbarukan dan ramah lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut, Transisi Energi G-20 diluncurkan agar risiko pemanasan global yang sedang terjadi dapat ditekan. Peluncuran transisi energi itu diharapkan dapat membantu dunia untuk melakukan transformasi energi menjadi nol karbon. Selain itu, dengan adanya transisi energi, Indonesia dapat menjadi jembatan dan mendorong negara-negara di keanggotaan G-20 agar mempercepat proses transisi energi serta memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan.

Sejalan dengan transisi energi, Kementerian ESDM pun berhasil mencapai kinerja positif pada subsektor energi baru, terbarukan dan konservasi energi (EBTKE). Capaian tersebut di antaranya seperti pengurangan emisi gas rumah kaca mencapai 69,5 juta ton CO2e, 104% dari target sebesar 67 juta ton CO2e. Sementara itu, porsi bauran EBT pada 2021 telah mencapai 11,5%. Dokumentasi: Fokus Media Indonesia (Dhi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(KHL)

Grafis g20 presidency