DIREKTUR Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dhewanti melaporkan bahwa menurut data pantauan sejak 1 Januari hingga 29 Juli 2021, terdapat dua wilayah yang titik panasnya telah berjumlah di atas 100.
Dua wilayah tersebut ialah Kalimantan Barat dengan total sebanyak 164 titik dan Riau yang telah menyentuh angka 170 titik.
Untuk 2021, jumlah hotspot pada wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berjumlah 401 titik dan di seluruh wilayah Indonesia terdapat 684 titik. Jika dibandingkan dengan periode yang sama 2020, jumlah titik panas ialah 1.008.
“Berdasarkan perbandingan tersebut, terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 324 titik atau 32,14%,” kata Laksmi dalam keterangan resmi, Sabtu, 31 Juli 2021
Dia menyampaikan upaya pengendalian karhutla di tingkat tapak telah dilaksanakan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak yang tergabung dalam patroli terpadu. Hasil rekapitulasi kegiatan pemadaman darat menunjukkan 1.320 kegiatan telah dilakukan di seluruh Indonesia. Provinsi Kalbar dan Riau menjadi wilayah terbanyak dilakukan pemadaman dengan 361 dan 282 kegiatan.
Pada kesempatan tersebut, Menteri LHK Siti Nurbaya menekankan bahwa sebagai upaya pencegahan, semua pihak diminta mengikuti pantauan titik panas di wilayah rawan karhutla. Patroli terpadu dengan melibatkan masyarakat juga perlu diperkuat sebagai sistem pertahanan untuk mengendalikan karhutla sedini mungkin.
“Patroli terpadu telah dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dan hingga kini telah tercipta 185 posko desa dengan jangkauan hingga 555 desa di sekitar posko,” ucap Siti.
Dia meminta terus dilakukan penguatan kapasitas pada kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) yang kini juga telah ditambah dengan kelompok paralegal. Selain mendukung upaya pencegahan karhutla di tingkat paling tapak, kelompok itu dapat menciptakan kegiatan yang bermanfaat secara ekonomi sehingga masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar. Upaya lainnya ialah teknologi modifi kasi cuaca untuk menghadirkan hujan buatan di wilayah rawan karhutla.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan prediksi iklim dan cuaca pada 2021 di Indonesia. Dia memberikan kesimpulan bahwa indeks El Nino/Southern Oscillation (ENSO) Juli 2021 menunjukkan kondisi netral dan diprakirakan berlangsung hingga awal 2022.
Kemudian, pada sekitar Agustus hingga Oktober 2021, curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia masuk kategori rendah, sedangkan November hingga Januari 2022 menengah tinggi. Oleh karena itu, pihaknya merekomendasikan untuk mewaspadai potensi karhutla kategori menengah hingga tinggi pada Agustus di wilayah Sumatra bagian tengah serta sebagian NTB dan NTT. Dok Media Indonesia Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News