Mengantisipasi Dampak Penurunan Tanah

Mengantisipasi Dampak Penurunan Tanah

06 Februari 2021 11:39
BADAN Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merilis data terbaru penurunan permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta.

Angka itu didapat dari pengolahan data dalam platform Indonesian Network for Disaster Information atau INDI 4.0 BPPT dengan menggunakan metode interferometric synthetic aperture radar (Insar). Datanya disuplai dari satelit Radar Sentinel 1A.

Platform monitoring berbasis spasial itu memang menyediakan data dan informasi terkini tentang kebencanaan dan kondisi ekstrem kebencanaan di wilayah Indonesia.

“Hasil analisis data Insar yang direkam sejak 20 Maret-22 Oktober 2019 memperlihatkan bahwa laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun,” kata peneliti Kebencanaan Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) BPPT Joko Widodo, Jumat, 5 Februari 2021.

Joko menjelaskan, Insar digunakan untuk menganalisis data satelit yang memancarkan sinyal elektromagnetik. Dengan begitu, dapat diketahui perbedaan fase yang dihasilkan dari perubahan panjang jalur, yaitu deformasi tanah antara lintasan satelit di area yang sama.

Dampak penurunan muka tanah sangat besar. Dalam jangkauan yang luas, penurunan muka tanah berakibat pada meningkatnya risiko banjir seperti banjir dan gelombang badai, meningkatnya kerusakan karena banjir, mengakibatkan terhambatnya kehidupan masyarakat seperti terhambatnya arus barang.

Joko mengatakan kondisi penurunan muka tanah yang terjadi di Kota Jakarta sangat berkaitan erat dengan genangan banjir dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat adanya banjir. 

“Permasalahan itu harus diantisipasi, khususnya di wilayah DKI Jakarta dengan laju amblesan yang besar. Pemkot juga harus melakukan monitoring amblesan secara berkala dengan menggunakan teknologi yang tepat,” saran Joko.

Direktur PTRRB BPPT M Ilyas mengatakan permasalahan terkait penurunan tanah (land subsidence) akibat tekanan lingkungan dari pembangunan perkotaan bukan hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di beberapa kota besar di Asia. “Umumnya, fenomena penurunan muka tanah terjadi karena pergerakan struktur geologi atau aktivitas manusia,” cetusnya. 

Untuk wilayah Ibu Kota, studi yang dilakukan BPPT menemukan empat penyebab penurunan muka tanah, yaitu ekstraksi air tanah, beban konstruksi, konsolidasi alami tanah aluvium, dan penurunan tanah tektonik. Di antara empat hal itu, penurunan muka tanah akibat ekstraksi atau eksploitasi air tanah di Jakarta menjadi faktor dominan.

Ilyas menyarankan agar pengendalian penurunan muka tanah di Jakarta difokuskan di wilayah tertentu, disertai komitmen semua pihak untuk mengurangi eksploitasi air tanah. Dok.MI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis pergeseran tanah