Hal ini juga yang dialami oleh kakak ipar aktris dan presenter Mona Ratuliu. Pada Juli 2021, sang kakak ipar yang positif covid-19 dan sesak berat harus melahirkan bayinya ke dunia ini secara sectio caesaria.
Dokter yang menanganinya menuturkan, saat lahir, bayi mengalami kegagalan sirkulasi dan membutuhkan bantuan pernapasan. Dengan kondisi sesak berat, pasien meminta untuk melihat bayinya secara langsung, tetapi tidak diizinkan.
Sebagai jalan tengah, dokter membolehkan pasien melihat si bayi melalui rekaman video. Namun, dalam hitungan menit, ibu menjadi tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia.
Ballint, bayi yang lahir itu kini dalam pengasuhan bibinya, Mona Ratuliu, yang masih memiliki balita berusia 1 tahun bernama Numa. Mona memutuskan menjadi ibu susu demi memastikan tercukupinya kebutuhan air susu ibu (ASI) bagi Ballint.
Sejauh ini, Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) sendiri mencatat sekitar 536 kematian ibu hamil sejak covid-19 muncul di Indonesia. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Adrianes Bachnas menjelaskan penyebab tingginya fatality rate atau tingkat kegawatan pada ibu hamil terpapar covid-19 dari sejumlah jurnal ilmiah yang ada.
Pertama, ia menuturkan kapasitas vital pada paru-paru ibu hamil berkurang, sementara beban jantung bertambah. Karena itu, bila terinfeksi covid-19, itu akan sangat berbahaya.
Kedua, covid-19 juga memunculkan peradangan atau inflamasi. Meski antibodi ibu hamil sudah mengikat virus korona, dampak inflamasinya yang kemudian menimbulkan badai sitokin.
“Jalur infeksi yang dikhawatirkan berasal dari efek badai sitokinnya yang membuat peradangan pada plasenta sehingga menghambat suplai darah, makanan, dan oksigen ke janin,” bebernya dalam tayangan di kanal Youtube POGI, Juli 2021 lalu.
Pascabersalin
Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, Cindy Rani Wirasti, menjelaskan, jika ibu hamil terpapar covid-19, bayi dalam kandungannya tidak ikut tertular. Angka kejadian kasus transmisi vertikal virus korona ke bayi lebih banyak terjadi setelah bersalin.“Jika ibu hamil terpapar covid-19, janin tidak ikut terpapar. Namun, ketika sudah lahir dicium sana-sini oleh orang lain, itu yang menyebabkan terpapar, itu yang menyebabkan bahaya infeksinya di situ,” tegas Cindy saat dihubungi, Senin, 16 Agustus 2021.
Ibu hamil yang sesak napas karena covid-19, kata Cindy, tidak mungkin bersalin normal. Namun, kalau tanpa gejala, itu bisa bersalin normal. Setelah melewati fase sulitnya prabersalin dan saat bersalin, pada pascabersalin pun bayi yang baru lahir langsung dipisahkan dengan ibunya.
Jika harus menyusui langsung, ibu yang terinfeksi virus tersebut harus mandi, cuci tangan, dan memakai masker. “Karena itu, ibu bayi harus diberikan konseling baik-baik agar bayi tidak terkena droplet dari sang ibu,” ujarnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan ibu hamil, apalagi melahirkan, harus menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan. “Jika pasien tersebut memiliki riwayat kesehatan yang berisiko memperburuk kondisi lebih cepat, misalnya komorbid dan kehamilan, ibu lebih diprioritaskan penanganannya,” kata Wiku.
Dokter spesialis Obstetri Ginekologi, Rudi Simanjuntak, menambahkan salah satu tameng yang bisa menyelamatkan ibu hamil dari kegawatan akibat covid-19 ialah vaksin.
“Vaksin kepada ibu hamil dan ibu menyusui menjadi penting jika melihat urgensi kasus covid yang semakin ganas, terutama varian delta,” ucapnya, Selasa, 3 Agustus 2021. Dok Media Indonesia Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News