Limbah Medis Mengancam

Limbah Medis Mengancam

16 Februari 2021 08:46
KETUA Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengingatkan agar pengolahan limbah medis harus ditangani secara maksimal. Persoalan ini dianggap serius karena di tingkat fasilitas kesehatan saja masih banyak yang tidak menangani limbah dengan benar.

“Ada suatu waktu saya berkunjung ke suatu daerah, lalu saya menemukan limbah medis berceceran. Bentuknya kantung darah, ada tulisan HIV. Nah, ini tentu meresahkan. Pemerintah daerah harus memperhatikan dengan benar pengolahan limbah medis,” kata Doni dalam webinar bertajuk Peduli Limbah Medis dalam Rangka Hari Peduli Sampah Nasional, Senin, 15 Februari 2021.

Doni menyebutkan beberapa kawasan sudah menjadi tempat hilir dari limbah, termasuk limbah medis, seperti Sungai Citarum. Belum lagi sampah masker yang dihasilkan dan kerap dibuang sembarangan, terutama yang berasal dari rumah tangga.

“Sungai Citarum ialah salah satu sungai terkotor di dunia. Seharusnya sebagai bangsa kita malu. Memang ada beberapa sungai lainnya yang kotor di Tanah Air kita mulai ringan, sedang, hingga berat,” katanya.

Tidak hanya Sungai Citarum, Doni juga menyebutkan hasil observasi LIPI yang menyampaikan bahwa Teluk Jakarta telah dipenuhi limbah, termasuk limbah medis. Padahal, kawasan itu seharusnya menjadi kawasan konservasi dan budi daya hasil laut yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi masyarakat.

“Penanganan limbah ini harus dilakukan secara serius karena dampaknya akan sangat merugikan ketahanan kesehatan nasional,” tegasnya. 

7,5 juta kg limbah medis

Pada kesempatan yang sama, Direktur Penilaian Kerja Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kementerian Kesehatan Sinta Sapta Rina Soemiarno mengatakan Indonesia berpotensi menghasilkan 7.578.800 kg limbah medis dari kegiatan vaksinasi covid-19 (lihat grafi k).

“Seperti diketahui, pemerintah Indonesia telah memesan 329,5 juta dosis vaksin covid19. Jumlah tersebut memiliki potensi limbah yang ditimbulkan,” katanya.

Wakil Menkes Dante Saksono mendorong pengolahan limbah medis dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Pemerintah daerah juga diharapkan bisa bergandengan dengan swasta dalam menangani limbah medis.

Selain itu, advokasi juga harus dilakukan dari pusat kepada daerah. Hal ini ditujukan agar daerah mulai serius untuk mengalokasikan anggaran pengolahan limbah medis.

Di sisi lain, pemerintah pusat dan daerah juga harus terus memperbarui pengetahuan terkait teknologi pengolahan limbah, terutama limbah medis di masa pandemi covid-19.

“Penguatan kapasitas SDM diperlukan. Teknologi terus berkembang dan perlu terus dikembangkan agar bisa digunakan di setiap daerah,” jelasnya.

Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Rosa Ambarsari Suaman mengatakan pihaknya memiliki satu lokasi dipo khusus pengumpulan limbah medis di tiap kecamatan. Selain itu, terdapat
satu lokasi dipo khusus limbah medis di tiap kota administrasi.

“Sampah medis tersebut kemudian akan diangkut ke pihak swasta yang bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk memusnahkan limbah tersebut,” kata Rosa, kemarin. Dok.MI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis Virus Korona