Aphelion, ketika Bumi dan Matahari Menjaga Jarak

Aphelion, ketika Bumi dan Matahari Menjaga Jarak

10 Juli 2021 12:59
APHELION mendadak populer dalam pembicaraan di dunia maya ketika salah satu fenomena alam di Juli itu berlangsung pada Selasa, 6 Juli 2021 lalu. Ini ialah peristiwa astronomi, yakni posisi bumi berada pada titik terjauh dengan matahari. Diketahui, tahun ini aphelion terjadi pada pukul 05.27 WIB/06.27 Wita/07.27WIT pada jarak 152 juta kilometer.

Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Andi Pangerang menjelaskan butuh waktu selama 365 hari atau satu tahun penuh agar Bumi bisa tuntas mengelilingi Matahari sebagai pusat tata surya. Dalam mengitari Matahari, Bumi bergerak dalam orbitnya yang tidak bulat sempurna, tetapi berbentuk elips atau lonjong.

Bentuk orbit yang elips membuat Bumi mengelilingi Matahari dalam kurva yang miring sehingga dalam setahun Bumi memiliki jarak paling dekat (perihelion) pada Januari dan jarak paling jauh dari matahari (aphelion) pada Juli.

Ketika aphelion terjadi, diameter Matahari tampak sedikit lebih kecil. Ukurannya sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68%.

Jika aphelion berjarak 152 juta km, lantas berapakah jarak perihelion? Dikutip dari NASA Science, perihelion tahun ini berjarak 147,5 juta km. Aphelion dan perihelion dalam satu dekade terakhir hingga satu dekade mendatang terjadi sekitar 13-15 pascatitik balik (solstis) Matahari. 

Andi menuturkan, baik perihelion dan aphelion ialah peristiwa biasa. Untuk aphelion, tidak ada dampak yang signifi kan pada Bumi. “Tidak ada dampak langsung bagi Indonesia,” ujarnya, dikutip dari laman Lapan.

Suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini dan nanti sampai dengan Agustus, sambungnya, merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau disebabkan tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan Bumi.

Hanya, akibat posisi Matahari yang  saat ini berada di belahan utara, tekanan udara di belahan utara akan lebih rendah jika dibanding dengan selatan yang mengalami musim dingin, seperti yang dialami Australia saat ini.

“Dampak yang ditimbulkan ialah penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa,” cetusnya. Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofi sika (BMKG) Fachri Radjab mengamini tidak ada dampak langsung aphelion terhadap suhu atau cuaca di Bumi.

Namun, imbuhnya, aphelion ada pengaruhnya pada kondisi pasang surut air laut. “Sebenarnya pasang surut dan gelombang ialah fenomena yang berbeda, penyebabnya berbeda.

Namun, gelombang laut tinggi yang terjadi pada saat periode pasang naik akan menjadi lebih bahaya,” jelasnya. Dok Media Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WWD)

Grafis