Apa itu Demensia Frontotemporal?

Apa itu Demensia Frontotemporal?

21 Februari 2023 14:13
Jakarta: Belum lama ini, aktor Bruce Willis didiagnosis mengalami demensia frontotemporal atau frontotemporal dementia (FTD). Pihak keluarga pada Maret 2022, mengungkapkan bahwa aktor gaek tersebut mengalami afasia. Hal ini memengaruhi kemampuan kognitifnya, menghilangkan kemampuan untuk memahami atau mengungkapkan sesuatu.

Dan kini, pihak keluarga merasa lega, setelah aktor 67 tahun ini dinyatakan diagnosis yang jelas. "Memang menyakinkan, tapi diagnosis ini membuat lega. Pasalnya, FTD termasuk penyakit kejam yang belum pernah kami dengar dan bisa menyerang siapa saja," ujar pihak keluarga yang telah dikutip dari AP News.
 

Gangguan otak


Menilik dari penyakit yang diderita Bruce Willis, demensia frontotemporal merupakan istilah umum untuk sekelompok gangguan otak yang terutama memengaruhi lobus frontal dan temporal otak. 

Area otak ini umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa. Pada demensia frontotemporal, bagian dari lobus ini menyusut (atrofi). Tanda dan gejalanya bervariasi, bergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh.

Beberapa orang dengan demensia frontotemporal mengalami perubahan dramatis dalam kepribadian mereka dan menjadi merasa tidak pantas secara sosial, impulsif atau acuh tak acuh secara emosional, sementara yang lain kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan benar.

Demensia frontotemporal cenderung terjadi pada usia yang lebih muda daripada penyakit Alzheimer. Melansir dari laman Mayo Clinic, demensia frontotemporal sering menyerang antara usia 40 dan 65 tetapi juga bisa terjadi di kemudian hari. FTD adalah penyebab berkisar 10 sampai 20 persen kasus demensia.
 

Penyebab FTD


Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan pada FTD umumnya tidak diketahui. Ada mutasi genetik yang dikaitkan dengan demensia frontotemporal. Tetapi lebih dari separuh orang yang mengalami demensia frontotemporal tidak memiliki riwayat demensia dalam keluarga. 

Baru-baru ini, para peneliti telah mengonfirmasi genetika bersama dan jalur molekuler antara demensia frontotemporal dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami hubungan antara kondisi ini.
 

Mengelola gejala


Saat ini tidak ada obat atau perawatan khusus untuk demensia frontotemporal. Obat yang digunakan untuk mengobati atau memperlambat penyakit Alzheimer tampaknya tidak membantu orang dengan demensia frontotemporal. 

Bahkan beberapa dapat memperburuk gejala demensia frontotemporal. Tetapi obat-obatan dan terapi wicara tertentu dapat membantu mengelola gejala demensia frontotemporal.
 

Obat-obatan FTD

 
  1. - Antidepresan. Beberapa jenis antidepresan, seperti trazodone, dapat mengurangi masalah perilaku yang terkait dengan demensia frontotemporal. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) - seperti citalopram (Celexa), paroxetine (Paxil) atau sertraline (Zoloft) - juga efektif pada beberapa orang.
  2. - Antipsikotik. Obat antipsikotik, seperti olanzapine (Zyprexa) atau quetiapine (Seroquel), terkadang digunakan untuk mengobati masalah perilaku demensia frontotemporal. Namun, obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada penderita demensia karena risiko efek samping yang serius, termasuk peningkatan risiko kematian.


Terapi wicara


Orang yang mengalami kesulitan bahasa mungkin mendapat manfaat dari terapi wicara untuk memelajari strategi alternatif untuk komunikasi.

Jika seseorang telah didiagnosis menderita demensia frontotemporal, menerima dukungan, perhatian, dan kasih sayang dari orang yang kamu percayai bisa sangat berharga.

Melalui dokter atau internet, temukan kelompok pendukung untuk penderita demensia frontotemporal guna berkesempatan berbagi pengalaman dan perasaan kamu. Dok.Medcom.id/gaya
(WWD)

Grafis demensia

Bagaimana tanggapan anda mengenai foto ini?

LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif