Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) mengakui pasar ikan patin di AS dan Eropa tengah kosong pemasok lantaran ditinggalkan Vietnam. Demi merebut peluang tersebut, KKP memaksimalkan pemanfaatan Integrated Cold Storage (ICS) untuk mendongkrak industrialisasi ikan patin nasional.
"Pangsa pasar ikan patin AS dan Eropa besar. Saat ini pasar itu kosong karena mulai ditinggalkan oleh Vietnam. Makanya ini potensi besar bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan itu," ujar Rifky dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 25 Oktober 2018.
Click to Expose
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Rifky bilang, kualitas ikan patin Vietnam kini tengah menurun. Soal produksi ikan patin, Vietnam rajanya karena mampu menghasilkan 1,19 juta ton tiap tahunnya.
Sementara, produksi ikan patin Indonesia hanya 437 ribu ton per tahun. Ekspor ikan patin Indonesia juga masih belum terlalu tinggi karena lebih diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
"Makanya ke depan bukan hanya kita produksi untuk konsumsi dalam negeri saja, tapi lebih kita tingkatkan lagi yang berorientasi untuk ekspor," tegasnya.
Untuk merebut peluang ekspor patin, jelas dia, KKP kini sedang memanfaatkan ICS. Menurut Rifky, ICS terdapat procesing dan cold storage, sehingga keluar dari ICS bisa langsung di ekspor. "Dengan ICS, produk yang keluar sudah bisa langsung kita ekspor," tuturnya.
Adapun daerah produsen patin Indonesia saat ini masih didominasi wilayah Sumatera dengan menyumbang 68,07 persen produksi patin nasional. Selain itu ada Kalimantan Selatan (10,06 persen), Kalimantan Tengah (8,81 persen), dan Jawa Barat (6,4 persen).
"Daerah-daerah produsen atau sentra patin akan terus kami maksimalkan dengan pemanfaatan ICS. Sehingga, ekspor patin nasional bisa terus kita tingkatkan," pungkas Rifky.
(AHL)