Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan beberapa negara telah mengambil langkah cepat mencegah penyebaran omicron belajar dari kasus varian delta yang lalu. Meski begitu, dampak psikologis terhadap sektor-sektor yang tadinya diprediksi akan pulih menjadi terhambat.
"Dampak psikologisnya ini bisa menahan masyarakat untuk melakukan konsumsi dan sektor yang diperkirakan akan rebound, ternyata pemulihannya masih membutuhkan waktu yang lebih lama. Apakah 2022 bisa rebound? Itu belum bisa dipastikan dengan adanya omicron ini," kata dia kepada Medcom.id, Jumat, 3 Desember 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia mencontohkan, sektor pariwisata, restoran dan perhotelan, transportasi udara, darat, dan laut, hingga sektor Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) diprediksi akan terpengaruh merebaknya omicron ini. Selain itu, Bhima juga mengkhawatirkan penurunan investasi apabila terjadi lonjakan kasus covid-19.
"Investasi mungkin akan terpengaruh, investasi yang sebelumnya direalisasikan karena kasusnya mulai turun, tapi sekarang mulai melambat lagi. Itu ada ekspektasi investor wait and see sampai pemulihannya solid. Belum lagi selain omicron, juga ada ancaman inflasi lebih tinggi," ungkapnya.
Pertumbuhan ekonomi melambat
Selain itu, Bhima memperkirakan perkembangan omicron ini juga akan membuat ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran empat persen (yoy) tahun depan. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah untuk tetap melanjutkan stimulus melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Jadi butuh waktu untuk tumbuh solid lima persen seperti sebelum masa pandemi. Ini artinya pemerintah harus menggelontorkan berbagai stimulus yang sebelumnya dicabut seperti subsidi upah, bantuan sosial tunai, ini harus digelontorkan kembali, anggaran PEN-nya harus setara di 2021 dan serapan harus didorong," pungkas dia.