"Optimisme terlihat di pasar modal sejalan dengan penurunan risiko ketidakpastian di pasar keuangan global yang tercermin dari volatility index dan credit default swap (CDS) yang sudah semakin membaik, dan IHSG diprediksi bisa mencapai 6.800 ataupun ke 7.000 di akhir Desember 2021," ungkap Airlangga saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2021, Senin, 4 Januari 2021.
Menurut Airlangga, proyeksi tersebut berkaca pada capaian IHSG dalam perdagangan beberapa pekan terakhir yang berhasil menembus level 6.000. Bahkan IHSG sempat menyentuh level tertingginya di angka 6.165 pada 21 Desember 2020.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Hal tersebut mengingat pada 22 Desember 2020 IHSG sempat menyentuh di level 6.165 walaupun pada akhirnya level IHSG berada di bawah 6.000," ungkap Airlangga.
Di sisi lain, ia berharap agar semakin banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 2021. Ditargetkan pada 2021 ini ada sebanyak 30 perusahaan yang melakukan IPO.
"Kami juga berharap bahwa jumlah daripada dananya bisa cukup signifikan, apalagi SBN (Surat Berharga Negara) sekarang sudah sangat rendah. Sehingga tentunya dengan SBN yang rendah ini yang yield-nya sekitar 3,64 persen ini bisa mendorong lebih banyak IPO lagi ataupun mencari dana dari pasar modal," tutur dia.
Untuk asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, pemerintah menargetkan inflasi di kisaran tiga persen plus minus satu persen. Untuk nilai tukar rupiah ditargetkan sebesar Rp14.600 per USD.
"Sentimen di beberapa bulan terakhir nilai rupiah terapresiasi ke level Rp14.050 per 30 Desember 2020. Berarti, baik IHSG maupun rupiah sudah mendekati level prepandemi, sebelum pandemi Januari," tutup Airlangga.
(SAW)