Minggatnya dana asing dari pasar keuangan domestik tersebut utamanya berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp3,52 triliun. Dari pasar saham RI juga kehilangan duit dari asing sebanyak Rp1,10 triliun.
"Selama 2023, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Februari 2023, nonresiden beli neto Rp45,40 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp1,37 triliun di pasar saham," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Jumat, 17 Februari 2023.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun turun ke level 88,73 basis poin (bps) per 16 Februari 2023 dari 89,30 bps per 10 Februari 2023. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Baca juga: Mau Sukses Berinvestasi, Portofolio Saham Lo Kheng Hong Ini Bisa Jadi Inspirasi |
Rupiah keok
Minggatnya aliran modal asing dari pasar keuangan domestik tersebut turut membuat nilai tukar rupiah semakin terpuruk di hadapan dolar AS. Mata uang Garuda tersebut kini sudah berada di level Rp15.200 per USD.
Mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.210 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 51 poin atau setara 0,34 persen dari posisi Rp15.519 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.200 per USD. Rupiah turun 27 poin atau setara 0,17 persen dari Rp15.173 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.199 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 23 poin dari Rp15.176 per USD di perdagangan sebelumnya.
Terkait hal tersebut, Erwin menekankan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. "Serta terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tegasnya.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News