Jakarta: Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan pihaknya tengah menyusun strategi perdagangan guna memulihkan perekonomian. Agus bilang Kemendag akan fokus menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri dengan meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global.
"Penghujung 2020 ini menjadi momentum tepat untuk kita belajar dan bersama-sama menyusun strategi perdagangan yang lebih baik di tahun mendatang. Sebagai negara besar, maka menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri adalah salah satu langkah tepat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, keterbukaan dan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global juga menjadi keharusan," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Minggu, 29 November 2020.
Agus melanjutkan, menjaga pasar utama dan terus membuka akses pasar baru di negara-negara non-tradisional adalah langkah yang akan terus dilakukan agar produk Indonesia semakin berdaya saing. Beberapa hal tersebut penting dilakukan agar Indonesia siap berpacu dalam perdagangan dunia, terutama dalam menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan pandemi covid-19.
"Sebagai implikasi dari kondisi pandemi, perdagangan dunia juga mengalami perlambatan. IMF mengungkapkan, perdagangan dunia pada 2020 diperkirakan terkontraksi 10,4 persen. Namun, pada 2021, perdagangan dunia diperkirakan akan lebih baik dan tumbuh 8,3 persen dengan kontribusi terbesar dari negara-negara berkembang," paparnya.
Menurut Agus, situasi normal baru saat ini ialah sebuah proses transisi yang menuntut semua negara cepat beradaptasi dan berinovasi. Pandemi covid-19 telah mengubah berbagai tatanan, termasuk dalam perdagangan dunia dan bisnis, mulai dari sistem produksi, komoditas unggulan, hingga sistem logistik.
"Kita harus dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan dan kemajuan. Untuk itu, Kemendag telah melakukan pemetaan tantangan dan peluang di sektor perdagangan selama dan pascapandemi covid-19," jelasnya.
Tantangan perdagangan yang saat ini dihadapi antara lain perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global, proteksionisme perdagangan, meningkatnya hambatan pada kerja sama perdagangan antar-negara, defisit neraca perdagangan, dan resesi ekonomi.
Sedangkan peluang perdagangan yang harus segera dimanfaatkan adalah pertumbuhan nilai perdagangan produk potensial baru, relokasi pusat-pusat industri dan investasi global, transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi yang kian masif, serta pemanfaatan potensi pasar di kawasan potensial.
Agus menjabarkan, beberapa respons kebijakan strategis Kemendag antara lain larangan sementara impor binatang hidup dari Tiongkok yang dilakukan sejak Februari 2020, realokasi dan refocusing anggaran termasuk program bantuan untuk pasar rakyat dan UMKM, stimulus ekonomi nonfiskal, pengamanan ketersediaan alat kesehatan seperti masker dan alat pelindung diri (APD), serta stabilisasi harga dan menjamin stok barang kebutuhan pokok.
Selain itu juga menjalankan strategi pengawasan barang beredar dan jasa dalam perdagangan dalam jaringan (e-commerce), peningkatan fasilitasi ekspor, pengamanan bahan baku industri, termasuk impor bahan baku seperti gula yang banyak dibutuhkan UMKM pangan, pengaturan impor barang konsumsi, pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional, serta pembukaan fasilitas perdagangan secara bertahap di era adaptasi kebiasaan baru.
"Penghujung 2020 ini menjadi momentum tepat untuk kita belajar dan bersama-sama menyusun strategi perdagangan yang lebih baik di tahun mendatang. Sebagai negara besar, maka menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri adalah salah satu langkah tepat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, keterbukaan dan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global juga menjadi keharusan," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Minggu, 29 November 2020.
Agus melanjutkan, menjaga pasar utama dan terus membuka akses pasar baru di negara-negara non-tradisional adalah langkah yang akan terus dilakukan agar produk Indonesia semakin berdaya saing. Beberapa hal tersebut penting dilakukan agar Indonesia siap berpacu dalam perdagangan dunia, terutama dalam menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan pandemi covid-19.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sebagai implikasi dari kondisi pandemi, perdagangan dunia juga mengalami perlambatan. IMF mengungkapkan, perdagangan dunia pada 2020 diperkirakan terkontraksi 10,4 persen. Namun, pada 2021, perdagangan dunia diperkirakan akan lebih baik dan tumbuh 8,3 persen dengan kontribusi terbesar dari negara-negara berkembang," paparnya.
Menurut Agus, situasi normal baru saat ini ialah sebuah proses transisi yang menuntut semua negara cepat beradaptasi dan berinovasi. Pandemi covid-19 telah mengubah berbagai tatanan, termasuk dalam perdagangan dunia dan bisnis, mulai dari sistem produksi, komoditas unggulan, hingga sistem logistik.
"Kita harus dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan dan kemajuan. Untuk itu, Kemendag telah melakukan pemetaan tantangan dan peluang di sektor perdagangan selama dan pascapandemi covid-19," jelasnya.
Tantangan perdagangan yang saat ini dihadapi antara lain perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global, proteksionisme perdagangan, meningkatnya hambatan pada kerja sama perdagangan antar-negara, defisit neraca perdagangan, dan resesi ekonomi.
Sedangkan peluang perdagangan yang harus segera dimanfaatkan adalah pertumbuhan nilai perdagangan produk potensial baru, relokasi pusat-pusat industri dan investasi global, transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi yang kian masif, serta pemanfaatan potensi pasar di kawasan potensial.
Agus menjabarkan, beberapa respons kebijakan strategis Kemendag antara lain larangan sementara impor binatang hidup dari Tiongkok yang dilakukan sejak Februari 2020, realokasi dan refocusing anggaran termasuk program bantuan untuk pasar rakyat dan UMKM, stimulus ekonomi nonfiskal, pengamanan ketersediaan alat kesehatan seperti masker dan alat pelindung diri (APD), serta stabilisasi harga dan menjamin stok barang kebutuhan pokok.
Selain itu juga menjalankan strategi pengawasan barang beredar dan jasa dalam perdagangan dalam jaringan (e-commerce), peningkatan fasilitasi ekspor, pengamanan bahan baku industri, termasuk impor bahan baku seperti gula yang banyak dibutuhkan UMKM pangan, pengaturan impor barang konsumsi, pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional, serta pembukaan fasilitas perdagangan secara bertahap di era adaptasi kebiasaan baru.
(DEV)