"Indonesia menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 yang setara dengan 92,2 Million Tonnens of Oil Equivalent (MTOE), seperempatnya dicanangkan dari BBN," kata Andriyah, pada lokakarya yang digelar Mongabay Indonesia dan Yayasan Madani secara virtual, dilansir dari Antara, Rabu, 17 November 2021.
Dia mengatakan, saat ini BBN masih dominan berbasis minyak sawit atau biodiesel sawit. Kendati diakui, Indonesia memiliki kekayaan sumber EBT yang melimpah seperti energi surya, air, angin, termasuk BBN.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Berkaitan dengan upaya menggali potensi BBN, lanjut dia, perlu ada peta jalan pengembangan BBN dalam pemenuhan bauran energi, sekaligus penurunan emisi gas karbonsioksida di Indonesia. Hal tersebut dinilai penting, mengingat dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan penggunaan BBN dunia meningkat 10 kali lipat.
Sementara produksi biodiesel di Asia Pasifik besar yang didukung oleh produksi CPO Indonesia. Hal itu puncaknya pada 2006, Indonesia tercatat sebagai penghasil sawit terbesar di dunia. Adapun program BBN ini akan berdampak pada tiga hal yakni ketahanan dan kedaulatan energi, pengentasan kemiskinan, termasuk menyangkut lingkungan hidup.
Sementara itu Deputi Direktur Yayasan Madani Berkelanjutan, Giorgio Budi Indarto pada kesempatan yang sama lebih menekankan pada upaya pemerintah yang perlu membuat kerangka jalan BBN, guna mengurangi emisi karbon sebagai bentuk komitmen menekan kenaikan suhu dari pemanasan global.
Dia mengatakan, pemerintah hendaknya tidak hanya bergantung pada satu jenis sumber BBN yakni dari minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) saja. Tetapi juga harus dapat mengembangkan jenis BBN lainnya.