"Pasokan secara angka berlebih, sedangkan permintaan di dalam negeri sendiri turun, maka kami memutuskan untuk dijual ekspor lebih murah," kata Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang, dikutip dari Antara, Selasa, 6 Oktober 2020.
Ia menjelaskan kilang Pertamina sudah dioperasikan pada angka minimum ketika permintaan berangsur menurun, namun dengan angka minimum tersebut tetap saja menghasilkan solar yang berlebih. Sedangkan produksi tidak mungkin dihentikan karena produk lainnya seperti LPG, gasolin, dan produk turunan lainnya masih dibutuhkan keberadaan pasokannya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Oleh karena keputusan tidak menghentikan produksi, maka pilihannya adalah dijual ke luar negeri dengan mekanisme harga pasar. Namun pada saat dilepas kepada pasar global harganya tengah mengalami penurunan sehingga harus mengikuti standar harga yang ada.
"Itu lah penjelasannya kenapa dijual ke luar negeri harganya jadi murah," katanya.
Adapun Pertamina mengekspor 200 ribu barel atau 31,8 ribu kiloliter (kl) solar premium atau minyak diesel kecepatan tinggi (High Speed Diesel/HSD) senilai USD9,5 miliar ke Malaysia.
(ABD)