\ Madrid vs Atletico: Duel Kaum Borjuis Melawan Si Miskin
Status sosial meningkatkan rivalitas Real Madrid vs Atletico Madrid (CURTO DE LA TORRE / AFP)
Status sosial meningkatkan rivalitas Real Madrid vs Atletico Madrid (CURTO DE LA TORRE / AFP)

Jelang Final Liga Champions 2015--2016

Madrid vs Atletico: Duel Kaum Borjuis Melawan Si Miskin

Bola liga champions
Hilman Haris • 28 Mei 2016 18:23
Real Madrid dan Atletico Madrid berada di kasta yang berbeda. Los Merengues dengan stadion kebanggaannya, Santiago Bernabeu, terlihat sebagai klub borjuis karena bermarkas di pusat bisnis Kota Madrid, Spanyol.
 
Atletico tidak seperti itu. Kandang Los Rojiblancos, Stadion Vicente Calderon, terletak di pinggiran selatan Kota Madrid. Lokasinya nampak sesak dan kurang elegan karena berada di sekitar perumahan warga.
 
Status demografi suporter makin memperlihatkan kasta kedua tim. Atletico didukung oleh mayoritas kelas pekerja. Status sosial mereka kontras dengan para pendukung Los Merengues yang didominasi kaum berada.
  Perbedaan status ekonomi ini pula yang membuat rivalitas Madrid vs Atletico jadi tinggi. Suporter Atletico yang merasa sebagai orang asli Kota Madrid tak sudi melihat Los Merengues beserta suporter borjuis-nya menuai sukses. Sedangkan suporter Madrid yang merasa lebih berada tentu enggan dilecehkan para kelas pekerja ala suporter Los Rojiblancos.
 
Apes bagi suporter Atletico. Faktanya, Los Rojiblancos lebih sering kalah dari Los Merengues di semua ajang. Dari 177 kali bertemu, Madrid menang 93 kali. Sedangkan Atletico hanya diberi 46 kesempatan memenangkan pertandingan. Sisanya, sebanyak 37 laga berakhir dengan hasil seri.
 
Rentetan kesuksesan itu menjadi bekal para pendukung Madrid untuk meledek Atletico. Sebuah kenyataan pahit yang harus ditelan oleh suporter hingga pemain Atletico hingga saat ini. Tak terkecuali sang striker, Fernando Torres.
 
“Hidup di bawah bayang-bayang Madrid sungguh berat. Selama bertahun-tahun, Madrid menjadi yang terbesar. Mereka adalah klub orang kaya di Spanyol. Sementara itu, kami adalah tim miskin. Klub kelas pekerja,” lirih Torres.
 
Meski begitu, kubu Atletico tidak pernah minder. Madrid boleh mengagung-agungkan deretan kemenangan. Namun , pendukung Atletico percaya suporter Madrid tak punya loyalitas.
 
Suporter Atletico percaya hal itu menjadi pembeda besar atas kesakralan kedua tim. Sebagai bentuk sindiran kepada sang rival, suporter Atletico kerap menyerukan spanduk dengan kalimat “Atletico hingga saya mati, Madrid sampai kekalahan terakhir” saat Derby Madrid digelar.
 
Sindiran seperti itu hanya satu dari puluhan bentuk rivalitas antara Atletico dan Madrid. Namun sebagai pihak netral, persaingan sengit antara Madrid dan Atletico tentunya sangat dinanti karena bakal meningkatkan tensi serta keseruan final Liga Champions.
 
Kini saatnya melihat mereka saling bekerja keras untuk meraih trofi. Sebuah final yang layak dinanti karena Madrid beserta suporter borjuis-nya atau Atletico yang didukung kelas pekerja tak akan sudi hanya menjadi penonton saat sang rival berpesta di Kota Madrid.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(HIL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif