\ Penundaan Laga Pra-Piala Dunia Berkah Buat Timnas Indonesia?
Timnas Indonesia (istimewa)
Timnas Indonesia (istimewa)

Timnas Indonesia

Pra-Piala Dunia Ditunda, Berkah atau Petaka?

Bola sepak bola timnas indonesia
Arpan Rahman • 03 Maret 2020 18:25
BADAN pengelola sepak bola Asia kemungkinan menunda pertandingan kualifikasi Piala Dunia setelah merebaknya coronavirus. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mengatakan Selasa, pihaknya telah melakukan diskusi awal dengan beberapa asosiasi anggota Zona Timur mengenai jadwal pertandingan kualifikasi Piala Dunia FIFA 2022. Negara-negara Zona Timur termasuk Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, dan Australia.
 
AFC menambahkan bahwa mereka akan bertemu dengan negara-negara Zona Barat -- negara-negara di Asia Tengah dan Timur Tengah -- dan FIFA pekan ini sebelum mencapai keputusan akhir tentang perubahan jadwal.
 
Harian Korea Herald mengutip kantor berita Yonhap, Selasa 3 Maret 2020, melaporkan kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia saat ini menginjak babak kedua, yang dijadwalkan berlanjut pada 26 Maret. Jajaran tim akan bermain lagi pada 31 Maret, dan babak kedua ini seharusnya diakhiri dengan pertandingan pada 4 Juni dan 9 Juni.
  Tetapi coronavirus berasal dari Tiongkok dan turut melanda sejumlah negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan dan Iran. AFC mencatat, "Semakin banyak tim nasional yang tidak dapat melakukan pertandingan atau melakukan perjalanan ke tempat tertentu."
 
Lanjutan Pra-Piala Dunia 2022 bila ditunda menjadi berkah bagi tim nasional senior Indonesia. Manajer-pelatih Shin Tae-yong bisa mengulur waktu lebih panjang untuk meningkatkan daya tahan dan mempersiapkan kekompakan pemain.
 
Tapi peningkatan daya tahan dan persiapan mengompakkan pemain itu berpotensi terganggu hal-hal nonteknis. Bagaimana mengenali faktor-X yang menjadi gangguan bagi timnas senior sudah menjadi pekerjaan rumah PSSI.
 
PSSI perlu mengawasi para pelatih -- terutama yang asing -- yang memiliki otoritas di klubnya masing-masing. Beberapa di antaranya tidak mendukung program timnas senior dengan legawa. Mereka harus diperiksa apa memiliki agenda tersembunyi untuk merendahkan bangsa ini.
 
Pemusatan latihan timnas senior tahap pertama, pada 14-23 Februari 2020, telah diwarnai suara keberatan dari Roberts Rene Albert dan Stefano Cugura. Nada sumbang juga keluar dari Jacksen F Thiago menyinggung pemanggilan Muhammad Tahir dari Persipura Jayapura.
 
Tidak mustahil suatu ketika nanti mereka menunjukkan sikap kontraproduktif, bukan berniat memajukan sepak bola kita. Pelatih asing akan menekan pemilik klub agar tidak memberikan pemain untuk timnas. Berkilah kekuatan klubnya berkurang karena tergerus kepentingan PSSI.
 
Lebih mengerikan lagi buat para pemain yang setelah dipanggil ke timnas kemudian kembali klubnya. Pemain berlabel timnas bisa saja tersingkir, tanpa alasan teknis, melainkan karena sentimen pelatih mereka. Sejenis permainan licik untuk menunjukkan ke publik bahwa pemain itu tidak layak memperkuat klub.
 
Bukankah sembilan pertandingan perdana Liga 1 dihiasi negatifnya penampilan jajaran pemain yang baru saja menjalani pelatnas timnas senior? Cuma satu-dua nama yang tampil menonjol. Sisanya seakan lenyap di tengah keriuhan stadion.
 
Dari berbagai kemungkinan tersebut, PSSI perlu mengambil langkah tegas atas para ekspatriat yang mencari makan di Liga 1. Jadi, awasilah dengan ketat para pelatih asing.
 
Tentu motif lain semestinya tidak luput diperhatikan. Misalnya, godaan Bojan Hodak bahwa Yakob Sayuri patut dijadikan aset timnas.
 
Hodak baru datang musim ini memeriahkan blantika sepak bola kita. Ia pasti belum pernah mencermati permainan timnas. Sayuri bermain gemilang hanya melawan klub ayam sayur dari Myanmar. Penampilan itu tidak mungkin jadi ukuran kehebatan.
 
Apalagi melihat gol lewat tendangan bebas di Mattoangin, Minggu lalu, Ferdinand Sinaga masih lebih pantas ditoleh kembali oleh timnas senior daripada Sayuri. Jadi, apa maksud hati pelatih PSM Makassar?
 
Rayuan halus Hodak tidak bisa diabaikan, sebab mungkin saja keluar dari niat yang sama buruknya dengan keberatan Albert, Teco, dan Jacksen. Keempat pelatih asing itu menerima keuntungan hanya dari klubnya bukan timnas. Padahal kita inginkan penundaan Pra-Piala 2022 menjadi berkah, bukan petaka bagi segenap insan sepak bola Indonesia.
 
Bukan cuma PSSI, Shin juga wajib menjalin komunikasi yang intens dengan banyak pelatih di Liga 1, terutama pelatih asing. Jangan sampai kualitas berstandar tinggi eks-pelatih Piala Dunia Korea Selatan justru hancur akibat digembosi niat buruk dari kalangan sesama profesi.
 
Video: Iwan Bule: Saya Siap Matikan Mafia Bola

Attachments area

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RIZ)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif