Tidak ada yang menyangka Leicester City mampu bersaing di papan atas klasemen Liga Primer Inggris 2015--2016 hingga pekan ke-22. Pasalnya, klub berjuluk The Foxes atau Si Rubah tersebut memang memiliki rekam jejak yang kurang menjanjikan. Penampilan mereka musim ini seakan telah menyihir klub-klub besar untuk mengalah.
Leicester mulai bergabung dengan liga profesional Inggris sejak 1894. Perlahan tapi pasti, nama mereka mulai terangkat sekitar 34 tahun kemudian atau ketika berhasil menjadi runner up Divisi Satu (Liga Primer Inggris) musim 1928-29. Prestasi itu didapat dengan susah payah setelah tiga musim sebelumnya berjuang di kasta kedua liga Inggris (Liga Championship).
Selanjutnya, klub yang bermarkas di Stadion King Power ini semakin diperhitungkan karena mampu menjadi runner up di berbagai ajang yang mereka ikuti, seperti di Piala FA empat kali, Piala Liga dua kali, dan Liga Championship dua kali. Prestasi terbaik Leicester selain menjadi runner up adalah merebut trofi Piala Liga sebanyak tiga kali (1964,1997, dan 2000).
Tak bisa dipungkiri kebangkitan Leicester musim ini dikarenakan hadirnya pelatih berpaspor Italia Claudio Ranieri sejak Juli 2015 lalu. Sebelumnya, Leicester hanya mampu menjadi tim papan bawah dan bahkan tak jarang terlempar ke kasta kedua, Liga Championship. Meski demikian,The Foxes sempat beberapa kali selamat dari jurang zona degradasi Liga Primer Inggris.
Bersama Ranieri yang merupakan mantan pelatih Chelsea dan timnas Yunani, kini Leicester berhasil membuktikan diri sebagai tim yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Musim ini, The Foxes mampu menggeber kemenangan dan langsung merangsek ke deretan tim papan atas. Chelsea, Manchester United, dan Liverpool seperti bukan tandingan mereka saat ini.
Hingga pekan ke-22 Liga Primer Inggris 2015--2016, Leicester masih nyaman bertengger di urutan kedua klasemen sementara dengan koleksi 44 poin. The Foxes hanya kalah selisih gol dari Arsenal yang berada di atasnya. Klub kaya Manchester City dan Tottenham Hotspur harus rela berada di urutan ketiga dan keempat.
Menariknya, catatan mentereng Leicester diraih tanpa adanya pemain berlabel bintang. Ranieri tampak berhasil menemukan racikan yang pas untuk memaksimalkan kinerja para penggawanya.
Tampil prioritas di bawah mistar gawang, sengaja ditempatkan Kasper Schmeichel. Pemain berusia 29 tahun itu cukup tangguh menghalau tiap serangan lawan karena merupakan putra kandung mantan salah satu kiper terbaik dunia, Peter Schmeichel. Gelandang bertahan asal Prancis N'golo Kante juga konsisten menjaga keseimbangan aliran bola untuk Leicester.
Apresiasi lebih besar patut diberikan kepada lini depan Leicester yang ditempati Riyad Mahrez dan Jamie Vardy. Perpaduan keduanya kerap merepotkan lini pertahanan lawan sehingga gol lebih mudah mudah tercipta. Total, sudah 28 gol yang tercipta dari keduanya pada musim ini. Mahrez mengoleksi 13 gol, sedangkan Vardy sudah mengumpulkan 15 gol. Pencapaian Vardi saat ini juga membuatnya bersanding bersama striker Everton Romelu Lukaku sebagai pencetak gol terbanyak Liga Primer Inggris saat ini.
Makin fantastis, 13 di antara gol Vardy itu berhasil dicetak berturut-turut dari 11 pertandingan. Torehan tersebut berhasil mematahkan rekor pencetak gol tersubur Liga Primer Inggris yang sebelumnya dipegang mantan striker Manchester United, Ruud van Nistelrooy. (berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RIZ)