\ Pesakitan di Serie-A, Mutiara di Liga Primer Inggris
Niang mencetak satu gol dan assist saat Watford melawan Burnley (AFP)
Niang mencetak satu gol dan assist saat Watford melawan Burnley (AFP)

Pesakitan di Serie-A, Mutiara di Liga Primer Inggris

Bola liga italia liga inggris
Hilman Haris • 08 Februari 2017 16:36
medcom.id, Watford: Sebagian pihak menyebut Liga Italia Serie-A sebagai rumah mewah yang nyaris runtuh. Analogi itu mulai sering terdengar dalam 10 tahun terakhir. Tepatnya setelah Serie-A mulai rajin ditinggal sejumlah pemain papan atas dunia.
 
Ketidakhadiran pemain top membuat kualitas Serie-A dipertanyakan. Ada yang bilang Juventus menjadi satu-satunya tim Italia yang masih bertaji. Maklum, La Vecchia Signora masih rajin mengoleksi pesepak bola hebat nan mahal dari berbagai negara.
 
Beda Italia, beda pula cerita persepakbolaan Inggris. Ketika Serie-A meredup, Liga Primer Inggris justru mulai berani menahbiskan diri sebagai kompetisi sepak bola profesional terbaik di dunia. Uniknya, status itu didapat Liga Inggris usai mencomot pemain-pemain terbaik dari kompetisi Eropa. Termasuk dari Liga Italia Serie-A.
  Akan tetapi, fenomena terbaru memunculkan pertanyaan menggelitik. Benarkah kualitas Serie-A jauh di bawah Liga Inggris? Atau status itu cuma imej yang dibangun oleh pengelola kompetisi Negeri Ratu Elizabeth?
 
Sebelum menjawab soal itu, ada baiknya menyimak hasil-hasil pekan ke-24 Liga Inggris 2016--2017. Kala itu, ada dua pemain eks Serie-A yang tiba-tiba mampu unjuk gigi bersama klub masing-masing.
 
Eks Inter Milan, Andrea Ranocchia dinobatkan sebagai pemain terbaik saat debut bersama Hull City, Sabtu 4 Februari. Penghargaan itu ia dapat usai membantu Hull menang atas Liverpool dengan skor 2-0.
 
Jika rajin menyaksikan pertandingan di Serie-A, rasanya Anda bakal terkejut ketika tahu defender berusia 28 tahun tersebut jadi pemain terbaik. Maklum, Ranocchia bukan tipe defender yang istimewa. Malah, ia beberapa kali tak becus mengawal pertahanan.
 
Faktanya, Ranocchia tak pernah mendapat gelar Man of the Match saat berkarier di Italia. Ia justru dikenal sebagai defender 'pesakitan' lantaran terbiasa melakukan blunder tiap pertandingan. Pergerakan Ranocchia lamban dan sering berada di posisi yang salah saat tim diserang.
 
Semua cap buruk itu tiba-tiba menguap ketika eks defender Bari tersebut hijrah ke Liga Inggris. Para penyerang Liverpool seolah-olah bukan lawan sepadan buat Rannochia. Bahkan, karena terlalu 'makan gaji buta' di lini belakang, ia sampai menyempatkan waktu memberi assist untuk gol kedua Hull ke gawang The Reds.
 
Ranocchia bukan satu-satunya eks Serie-A yang tiba-tiba mendapat 'hidayah' di Liga Inggris. Mantan penyerang AC Milan, M'Baye Niang juga mendadak tampil bak superstar ketika membela Watford saat menjamu Burnley pada pekan ke-24 Liga Inggris 2016--2017.
 
Selain mencetak satu gol indah lewat sundulan, Niang juga menghasilkan assist manis kepada ujung tombak Watford, Troy Deeney. Dua sumbangsih yang membuat Niang dipuja-puja lantaran memberikan tiga angka untuk tuan rumah.
 
Striker asal Prancis tersebut memang pernah dicap sebagai wonderkid. Tapi status itu melekat ketika ia membela Montpellier sebelum hijrah ke Milan. Percayalah, semua hal baik tentang Niang rasanya jarang muncul di Liga Italia. Ia lebih dikenal sebagai striker yang sering bingung ketika berhadapan dengan gawang lawan.
 
Penyakit itu membuatnya jadi rentan mengambil tindakan yang salah ketika dibutuhkan. Tak heran ia cuma bisa mencetak 12 gol untuk Milan sejak bergabung lima tahun silam.
 
Alih-alih introspeksi, Niang justru rajin mendidihkan rasa kesal fan I Rossoneri dengan serangakaian aksi indisipliner di luar lapangan. Salah satunya ketika penyerang berusia 22 tahun tersebut berurusan dengan kepolisian Italia usai mengemudi tanpa Surat Izin Mengemudi (SIM). Saat masalah itu sudah dilupakan dan panggilan dari klub datang, Niang justru cedera enam bulan gara-gara terlibat dalam kecelakaan mobil.
 
Kisah Niang dan Ranocchia rasanya pantas disebut sebagai sebuah keanehan. Bagaimana mungkin pemain dengan rapor nol besar di Serie-A bisa tiba-tiba bersinar di Liga Inggris? Padahal harusnya Liga Inggris yang mengklaim sebagai kompetisi terbaik di dunia lebih sulit untuk ditaklukkan. Atau mungkin Liga Inggris tidak sesulit yang dibayangkan?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(HIL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif