\ Sprinter itu bernama Rafael Benitez
Karier Rafael Benitez di Napoli berada di ujung tanduk (CARLO HERMANN/AFP)
Karier Rafael Benitez di Napoli berada di ujung tanduk (CARLO HERMANN/AFP)

"Sprinter" itu bernama Rafael Benitez

Bola napoli 2017--2018
Hilman Haris • 16 Desember 2014 18:36
medcom.id: Rafael Benitez diambang pintu pemecatan. Isu dia bakal didepak dari kursi pelatih Napoli mulai merebak usai dikalahkan AC Milan dengan skor 0-2, pada giornata ke-15 Liga Italia 2014-15, Minggu 14 Desember 2014.
 
Setelah laga itu, hubungan antara Benitez dengan manajemen klub ditengarai langsung retak. Probabilitas eks manajer Liverpool itu dipertahankan Napoli pun sudah mendekati angka 0 persen.
 
Benitez pantas was-was. Hasil kerjanya di Napoli pada musim ini memang kurang meyakinkan. Dari 15 laga, I Partenopei sudah menelan tiga kekalahan, enam kali seri, dan enam kemenangan. Pencapaian itu jelas tidak sepadan dengan pengeluaran yang sudah digelontorkan manajemen guna memenuhi permintaan Benitez membeli pemain baru pada masa bursa transfer lalu. Kala itu, allenatore berusia 56 tahun tersebut memaksa manajemen I partenopei mengeluarkan kocek sebesar 21,2 juta euro demi mendatangkan tujuh pemain anyar.
  "Hubungan Benitez dengan klub berada di titik terendah. Media-media Italia juga mengklaim keberadaan Benitez di ruang ganti justru malah menurunkan moral pemain. Mereka (pemain) seakan sudah tidak mau mengikuti instruksi dari sang pelatih," tulis Football Italia.
 
Keterpurukan Napoli pada musim ini makin menegaskan status Benitez sebagai pelatih bertipe "sprinter". Bukan apa-apa, Benitez memang lebih sering meraih prestasi bersama tim pada musim perdana. Dia bukan tipe pelatih yang bisa memberikan gelar saat sudah "berlari" terlalu jauh bersama tim.
 
Faktanya ada banyak. Pada 2012-13, Benitez langsung membawa Chelsea menjadi juara Liga Europa setelah enam bulan ditunjuk sebagai caretaker. Kejadian identik terjadi di Inter Milan. Setelah empat bulan membesut La Beneamata, Benitez sukses menggondol Piala Super Italia 2010 dan Piala Dunia Antarklub 2010.
 
Akan tetapi, seperti halnya para sprinter, kekuatan "lari" Benitez juga tak bisa bertahan lama. Pada musim kedua dan ketiga, Benitez jarang memberikan prestasi. Ambil contoh kiprah Benitez bersama Liverpool satu dekade lalu. Kala itu, The Reds terbukti tampil melempem saat kerja sama dengan Benitez memasuki tahun kedua. Padahal pada musim debut, yakni 2004-05, Benitez sukses memberikan gelar Liga Champions dan dilanjutkan dengan Piala Super Eropa 2005.
 
Gejala serupa sudah mulai nampak di Napoli. Pada musim pertama, Benitez meneruskan tren sebagai pelatih 'sprinter" dengan sumbangsih trofi Coppa Italia 2013-14. Namun pada musim kedua di I Partenopei, magi Benitez seolah hilang. Gonzalo Higuain dkk tampil angin-anginan dan tak tampak sebagai klub yang dijagokan sebagai kandidat juara Liga Italia 2014-15.
 
Benitez memang pelatih dengan sederet gelar. Tapi Napoli hanya buang-buang waktu andai terus mempertahankan mantan pelatih tim U-19 Real Madrid tersebut. Faktanya, Benitez tak punya tren bagus ketika berlama-berlama di satu klub.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(HIL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif