\ Bocah itu Bernama Paulo Dybala
Striker Juventus Paulo Dybala. (AP Photo/ Massimo Pinca)
Striker Juventus Paulo Dybala. (AP Photo/ Massimo Pinca)

Bocah itu Bernama Paulo Dybala

Bola juventus 2017--2018 liga italia
Damar Iradat • 06 Desember 2015 21:29
medcom.id, Jakarta: Kemenangan 2-0 Juventus dari Lazio, Jumat, 4 Desember lalu semakin membuktikan ketergantungan tim besutan Massimiliano Allegri akan sosok bocah 22 tahun, Paulo Dybala. Tanpa pemain keturunan Argentina yang juga memiliki darah Polandia dan Italia itu, Juventus mungkin harus mengakhiri pekan ke-15 dengan raihan satu poin.
 
Gol bunuh diri Santiago Gentiletti pada menit ke-7 tak lepas dari peran Dybala. Sementara gol kedua Si Nyonya Tua dicetak Dybala melalui proses yang cantik. Menerima operan Mario Mandzukic, Dybala sempat mengolah bola dan melepaskan tembakan dengan kaki kirinya dari luar kotak penalti, kiper Lazio, Federico Marchetti tak bisa berbuat banyak.
 
Kegemilangan Paulo Dybala di Serie A bersama Juventus terus berlanjut. Selain menjadi top skorer sementara Juventus di Serie A, pemain 22 tahun itu seolah mampu membawa pasukan Zebra dari Turin itu kembali berlari kencang setelah pada awal musim 2015-2016 berjalan pincang.
  Bukan kali itu saja Dybala menjadi pahlawan Juventus. Pada pekan ketiga musim ini, Dybala mencetak gol penyeimbang Si Nyonya Tua pada menit ke-90 saat ditahan imbang Chievo. Pun dengan aksinya di pekan ke-13 membuat AC Milan harus gigit jari. Gol semata wayangnya pada menit ke-81 membuat Juve gagahi Milan.
 
Aksi 'U Picciriddu', alias 'Sang Bocah', julukan Dybala, kerap membuat penggemar Juventus membandingkan dirinya dengan Carlos Tevez di skuat asuhan Massimiliano Allegri. Dengan rendah hati, ia menolak.
 
"Dia (Tevez) memenangkan banyak laga di sini, dan saya harap mengikuti jejaknya. Namun perbandingan apa pun hanya bisa dibuat pada akhir musim nanti." ucap Dybala usai jadi pahlawan kemenangan Lazio.
 
Tak sekali ini saja ia disandingkan atau dibandingkan dengan nama-nama besar. Pertama kali menjejakkan kaki di Italia dan bergabung dengan Palermo 2012 silam, Presiden Maurizio Zamparini pun memuja setinggi langit sang bocah. Ia menyandingkan Dybala dengan penyerang Manchester City, Sergio Aguero.
 
"Kami telah mendapatkan Paulo Dybala, dia adalah the new Sergio Aguero," kata Zamparini pada 2012 lalu.
 
Sebagai pemain yang lahir di Argentina, wajar saja jika Dybala kerap disandingkan oleh para kompatriotnya. Bahkan, nama Dybala juga sempat disandingkan dengan Lionel Messi, andalan Barcelona dan tim nasional Argentina.
 
Sebelum berseragam hitam putih kebesaran Juventus saat ini, perjalanan karier Dybala terbilang unik. Palermo, klub pertama Dybala di Eropa, kabarnya 'tidak sengaja' menemukan bakat Dybala. Pada 2011 silam, Direktur Olahraga Palermo, Luca Cattani pergi ke Argentina untuk mencoba merekrut Franco Vazquez dari Belgrano.
 
Namun, pada saat makan malam, presiden klub Divisi II Argentina, Instituto Cordoba, Juan Carlos Barrera yang kebetulan ikut, menyarankan nama Dybala kepada Cattani. Bak gayung bersambut, pertemuan untuk memantau bakat Dybala pun diatur. Cattani yang melihat langsung Dybala akhirnya terpikat.
 
Pendewasaan Dybala dibanding pemain seumurannya pun cukup cepat. Ditinggal sang ayah pada saat umur 15 tahun, impiannya untuk menjadi pesepakbola profesional hampir kandas di tengah jalan. Tidak hanya kehilangan sosok seorang ayah, ia juga kehilangan sosok yang kerap mengantarnya naik kereta untuk pergi ke akademi Instituto setiap harinya.
 
Selama enam bulan pasca ditinggal sang ayah, ia pun kembali bermain untuk tim lokal di kotanya, Laguna Larga. Namun, dengan tekadnya, ia meninggalkan rumah agar bisa berlatih kembali dengan Instituto. Dia pindah ke asrama yang masih bagian dari fasilitas klub tersebut. Ia pun terus menetap di sana hingga akhirnya menuju Renzo Barbera, markas Palermo.
 
Membela Instituto, Dybala mencetak 17 gol dari 38 pertandingan. Saat itu umurnya masih 17 tahun. Nyatanya, bukan hanya Palermo yang kesengsem mendaratkan Dybala. Inter Milan, Napoli, dan Porto juga kabarnya tertarik memboyong Dybala.
 
Pindah ke Palermo bukan langkah yang tidak buruk-buruk amat bagi Dybala. I Rosanero bisa dibilang surga pemain muda asal Amerika Selatan. Edinson Cavani dan Javier Pastore juga awalnya berlabuh pertama kali di Eropa di Palermo sebelum akhirnya menjajaki karier gemilang bersama klub super kaya asal Prancis, Paris Saint-Germain.
 
Pindah dari Argentina ke Italia, proses adaptasi harus dilalui Dybala. Beranjak dari kasta kedua Liga Argentina, kini ia harus bermain di ketatnya Serie A. "Sangat berat untuk beradaptasi. Sepak bola di sini lebih cepat, lebih mengandalkan fisik, dan lebih taktis. Bahkan, wasitnya pun berbeda," ungkap Dybala saat itu.
 
Musim perdananya di Serie A bahkan bisa dibilang kurang memuaskan. Dari 27 penampilannya, ia hanya mencatatkan namanya tiga kali di papan skor, satu ke gawang Lazio dan dua lagi dicatatkan kala berhadapan dengan Sampdoria. I Rosanero sendiri pada musim 2012-2013 harus finis di peringkat 18, yang berarti mereka harus turun kasta ke Serie B.
 
Namun, peruntungannya sedikit berubah saat berlaga di Serie B. Dari 28 penampilannya di Serie B bersama klub asal Sisila itu, ia setidaknya terlibat dalam 11 gol dari total 62 gol Palermo musim itu. Lima gol serta enam assist berhasil ia bukukan. Pada musim itu, Palermo pun berhasil memuncaki klasemen Serie B dan berhak kembali ke Serie A musim berikutnya.
 
Musim 2014-2015 jadi pembuktian Dybala. Bersama Franco Vazquez di lini depan Palermo, kerja sama mereka berdua cukup mumpuni. Dybala mencatat 13 gol dan 10 assist, sementara itu catatan Vazquez 10 gol dan 11 assist.
 
Jelang akhir musim pun nama keduanya kerap dikaitkan dengan klub-klub besar. Khusus Dybala, bahkan ketertarikan juga datang dari Manchester United, Arsenal, Barcelona, dan Juventus. Tim terakhirlah yang beruntung mendapatkan servis Dybala. Mahar sebesar 22,4 juta pounds dijadikan Juventus sebagai pengganti Dybala untuk Palermo.
 
Kini, Dybala jadi pujaan anyar publik Turin. Sepeninggal Carlos Tevez, belum ada striker Juve lainnya yang pencapaian golnya di Serie A terbilang memuaskan, kecuali Dybala.
 
Di kancah Serie A, catatan tiga striker Juventus lainnya; Mario Mandzukic, Alvaro Morata, dan Simone Zaza masih kalah dibanding Dybala. Pemain 22 tahun tersebut hingga pekan ke-15 sudah mencatatkan tujuh gol dan tiga assist dari 14 pertandingan. Sementara itu, catatan gol dan assist Mandzukic, Morata, dan Zaza jika ditotal baru mencapai enam gol dan tiga assist.
 
Namun, penampilan apik Dybala di Serie A tidak diikuti saat bermain di kompetisi paling elite di Eropa, Liga Champions. Dari lima pertandingan, tiga di antaranya starter, yang dilakoni Dybala di Liga Champions, tak satupun catatan gol dan assist yang dibuat Dybala.
 
Memang, Dybala baru musim ini mencicipi ajang sebesar dan seketat Liga Champions. Toh, pada musim debutnya di Serie A pada musim 2012-2013 juga tidak bagus-bagus amat. Namun, rasa-rasanya Juventus masih bisa berharap Dybala mampu memperbaiki performanya di Liga Champions.
 
Kompatriot Dybala selevel Messi pun tidak ragu akan kualitas Sang Bocah. Menurut Messi, Dybala bakal memiliki karier gemilang dalam beberapa tahun ke depan. "Saya tidak ragukan lagi, orang-orang pun akan membicarakan kehebatan dia (Dybala) dalam beberapa tahun ke depan," kata Messi pada Oktober lalu.
 
Fakta unik lainnya, Sang Bocah itu pun mewarisi nomor punggung yang melegenda di Juventus, #21. Seluruh Juventini, maupun fan sepak bola lainnya pasti tahu, nomor 21 di Juventus identik dengan dua pemain besar, Zinedine Zidane dan Andrea Pirlo. Kini, Juventus memiliki setidaknya bisa berharap ada penerus Zidane maupun Pirlo kepada seorang bocah. Bocah itu bernama Paulo Dybala.
 
(Sumber: The Guardian, Whoscored, Transfermarkt)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(PAT)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif