\ Kokok si Ayam Jantan
Skuat Timnas Prancis di Piala Dunia 2018 (Foto: AFP PHOTO - FRANCK FIFE)
Skuat Timnas Prancis di Piala Dunia 2018 (Foto: AFP PHOTO - FRANCK FIFE)

Opini Piala Dunia 2018

Kokok si Ayam Jantan

Bola timnas prancis piala dunia 2018 analisis piala dunia 2018
Achmad Firdaus • 16 Juni 2018 07:39
Kokok si Ayam JantanNAMANYAjuga Piala Dunia. Setiap penyelenggaraannya selalu mengundang jutaan pasang mata. Tak terkecuali di Indonesia. Di momen spesial Idulfitri yang dirayakan mayoritas penduduk Indonesia, Piala Dunia masih punya ruang untuk diperbincangkan.
 
“Rusia ngeri banget semalam,” celetuk Iwan, kakak tertua saya saat kami berkumpul di rumah orang tua usai bermaaf-maafan.
 
“Apa pemain Arab masih puasa ya? mainnya lembek gitu,” dia melanjutkan komentarnya soal pertandingan pembuka Piala Dunia 2018 di mana Rusia dengan gagah menggebuk Arab Saudi dengan skor 5-0.
  Obrolan soal Piala Dunia kemudian mendominasi suasana. Saya, beserta empat saudara kandung saya yang kebetulan semua laki-laki, dan suka bola itu pun makin larut beradu argumen dalam tajuk Pesta Bola Rusia. Membiarkan para istri sibuk mengurus anak, membereskan piring dan memberikan angpao lebaran pada keponakan.
 
Setelah ngobrol ngalor-ngidul sekitar satu jam, akhirnya sampai kita pada satu topik; tim mana yang akan juara. Kakak pertama dan ketiga saya kompak memilih Jerman. Sedangkan kakak kedua saya menjagokan Brasil. Bagaimana dengan saya?
 
Sebenarnya, kalau bicara hati, saya sepakat dengan dua kakak saya, Jerman yang akan juara. Tapi,karena saya tipikal orang yang suka dengan kejutan, maka, untuk Piala Dunia tahun ini saya menjagokan Prancis.

Baca:Berharap Tuah CR7 di Piala Dunia


Dua tahun lalu, di Euro 2016, Prancis sebagai tuan rumah menurut saya hanya kurang beruntung gagal juara usai kalah dari Portugal. Jadi, tidak berlebihan rasaya apabila tahun ini mereka bisa membuat kejutan dan jadi juara.
 
Prancis memastikan diri lolos ke Rusia pada 10 Oktober 2017, usai memungkasi pertarungan di Grup A babak kualifikasi zona Eropa dengan status juara grup. Armada Les Bleus mengoleksi 23 poin usai memenangi tujuh laga, dua kali imbang dan hanya sekali kalah. Mereka mengungguli Swedia, Belanda, Bulgaria, Luksemburg dan Belarusia.
 
Catatan ini memang tidak terlalu impresif jika kita membandingkan dengan Brasil, Jerman, Spanyol Inggris, atau Belgia yang memastikan diri lolos ke Rusia tanpa mencatatkan kekalahan di babak kualifikasi. Namun, kalau bicara komposisi pemain dan kedalaman skuat, saya berani bertaruh, Prancis tidak kalah dengan tim-tim di atas.
 
Generasi Emas
Sejak ditinggal generasi emas-nya macam Zinedine Zidane, David Trezeguet dan Thierry Henry yang sukses mengawinkan gelar Piala Dunia 1998 dan Euro 2000, skuat Prancis saat ini boleh dibilang yang terbaik. Dari 23 pemain yang diboyong Deschamp ke Rusia, hampir seluruh pemainnya merupakan pemain utama di klubnya masing-masing.
 
“Menurut saya, ini merupakan salah satu tim dengan pilihan terbaik,” ujar mantan bek Prancis, Mikael Silvestre dinukil dari Omnisport.
 
Ya, skuat Prancis saat ini memiliki pemain-pemain nomor wahid di tiap posisinya. Tidak percaya? Di bawah mistar ada Hugo Lloris yang sudah kenyang pengalaman dan jadi salah satu aktor utama di balik performa konsisten Tottenham Hotspur di papan atas Liga Inggris dalam beberapa musim terakhir. Sebagai pelapis ada kiper kawakan Steve Mandanda dan Alphonse Areola, kiper utama PSG.
 
Di belakang, ada duet Samuel Umtiti (Barcelona) dan Raphael Varane (Real Madrid). Kedua pemain ini juga sudah membuktikan kualitasnya dengan membantu Barca dan Madrid berjaya di La Liga dan Liga Champions.
 
Pindah ke sektor tengah, Prancis punya segudang pemain bertalenta. Paul Pogba dan N'Golo Kante contohnya. Kapasitas kedua pemain juga tidak perlu diragukan meski di musim ini mereka tidak bisa membawa klubnya Manchester United dan Chelsea berjaya.
 
Terakhir lini depan. Tidak dipanggilnya Karim Benzema yang jadi aktor kesuksesan Real Madrid merebut hattrick Liga Champions, Mei lalu, memang sedikit mengecewakan. Namun, tidak perlu kecewa. Masih ada sosok Antoine Griezmann yang sukses mencetak 29 gol musim ini dan memberikan gelar Liga Europa untuk Atletico Madrid.
 
Selain Griezmann, Deschamps masih memiliki Kylian Mbappe yang sukses membawa PSG juara Liga Prancis. Belum lagi ada striker veteran Olivier Giroud dan winger muda Olympique Lyon yang tengah jadi incaran Liverpool, Nabil Fekir.
 
Secara usia, skuat Prancis kali ini juga sudah cukup matang. Menurut data dari Statistica.com,rataan usia pemain Prancis adalah26 tahun.Prancis jadi tim dengan skuat termuda ketiga di Piala Dunia 2018 di belakang Inggris (26) dan Nigeria (25,9).Dengan dihuni mayoritas pemain muda, faktor fisik dan stamina tampaknya tidak akan menjadi masalah buat Prancis. Sekarang, tinggal bagaimana Deschamps me-maintain mental anak-anak asuhnya.

Baca juga:Green Falcon Siap Terbang Lebih Tinggi di Moskow


Chemistry Sudah Terbangun Sejak 2016
Selain memiliki komposisi pemain yang muda dan bertalenta, Deschamps tampaknya tidak perlu repot dalam membangun chemistry bermain. Sebab, mayoritas pemain yang dibawanya ke Rusia adalah skuat yang tampil di Euro 2016 di mana si Ayam Jantan berhasil melaju hingga final.
 
Dari 11 pemain inti yang diturunkannya saat Prancis kalah dari Portugal di final dua tahun lalu, hanya tiga pemain yang kini tidak lagi ada di skuat Prancis. Selebihnya, mereka masih jadi andalan Deschamps. Dengan chemistry yang sudah terbangun selama dua tahun, saya meyakini Prancis bisa berbicara banyak di Piala Dunia tahun ini.
 
Sebagai acuan, mari kita tengok kesuksesan Real Madrid dalam tiga musim terakhir. Zinedine Zidane sebagai pelatih pada periode tersebut tidak banyak melakukan perubahan dalam skuatnya setiap kali pergantian musim. Dibanding merekrut pemain-pemain baru, Zidane lebih fokus memperkuat chemistry para pemainnya. Baik itu pemain inti maupun cadangan. Hasilnya bisa dilihat. Madrid tampil sangat solid sebagai sebuah kesatuan dan akhirnya sukses mencatatkan sejarah sebagai satu-satunya tim yang sukses mencatatkan hattrick di Liga Champions.
 
Pembuktian Deschamps
Dengan dukungan skuat yang mumpuni, kini, tinggal bagaimana Deschamps meramu taktik yang tepat sehingga bisa mengikuti jejak Franz Beckenbauer (Jerman) yang sukses meraih trofi Piala Dunia baik itu sebagai pemain maupun pelatih.
 
Kegagalan di Euro 2016 memang sangat menyakitkan publik Prancis. Sebab, mereka gagal mengulang sukses 1998 --jadi juara sebagai tuan rumah --. Bisa jadi, jika gagal lagi Deschamps bakal ditendang dari kursi pelatih. Apalagi, sudah berembus kabar bahwa posisinya kini tengah diincar Zidane yang baru mengundurkan diri dari kursi pelatih Madrid.
 
Laga melawan Australia pada pertandingan perdana Grup C, Sabtu 16 Juni sore nanti, lalu dilanjutkan dengan duel melawan Peru (21/6) dan Denmark (26/6) harus dimanfaatkan Deschamps, setidaknya untuk terus memberikan harapan kepada suporter bahwa si Ayam Jantan masihbisa berkokok di Rusia. Semoga.
 
Tak ingin ketinggalan update berita bola dan olahraga? Follow instagram kami @medcom_olahraga
 
Video:Keseruan Suporter Jelang Rusia vs Arab


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ACF)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif