\ Saddil Perlu Ginseng
Pemain Timnas U-22 Indonesia Osvaldo Haay (tengah) bersama Sani Rizki (kanan) dan Saddil Ramdani melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Laos dalam pertandingan Grup B SEA Games 2019. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
Pemain Timnas U-22 Indonesia Osvaldo Haay (tengah) bersama Sani Rizki (kanan) dan Saddil Ramdani melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Laos dalam pertandingan Grup B SEA Games 2019. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)

Saddil Perlu Ginseng

Bola liga dunia
Arpan Rahman • 20 Desember 2019 17:29
BURSA calon pelatih tim nasional Indonesia mengerucut hanya tinggal dua nama: Luis Milla dan Shin Tae-yong. Gaya ala Spanyol atau Korea Selatan yang lebih pas untuk dimainkan oleh kesebelasan negeri khatulistiwa?
 
Milla pernah membesut kita selama 2017 - -2018. Hasilnya belum juga sukses besar, namun timnas bukan tidak menampakkan kemajuan.
 
PSSI kini terbilang selow memilih suksesor pelatih gagal Simon McMenemy. Skuat Merah-Putih dibiarkan dulu babak-belur dalam lima laga pada kualifikasi Pra-Piala Dunia 2022. Tapi posisinya masih ditenggang, meski tiga pertandingan awal kalah melulu di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Hingga pengurus berganti, kontrak McMenemy pun disudahi.
  Belakangan rezim baru PSSI terkesan menunjukkan hasrat lebih hangat ke Shin Tae-yong daripada Milla. Mungkin alasannya gaji Milla lebih mahal, selain itu Tae-yong sempat melangit ke puncak atmosfer Piala Dunia.
 
Suara nyinyir justru muncul dari pelatih Vietnam, Park Hang-seo. Ia menyiratkan Shin Tae-yong tak cocok buat menukangi Timnas Indonesia. Park menilai, Tae-yong jangan melulu fokus dengan uang, melainkan harus menjunjung reputasinya sendiri. Vietnam tentu takut kita saingi.
 
Kita sedang berebut Tae-yong dengan Shenzen FC, klub China. Siapa yang mendapatkan, belum tahu. Sementara Milla sendiri adem-ayem tanpa rumor lagi diminati tim lain.
 
Durasi Tae-yong rerata menangani sebuah tim cuma selama kurang dari 15 bulan. Nuansanya amat praktis dan instan. Trek ini dapat membantu PSSI berpikir ulang dan panjang-panjang sampai seribu kali bila ingin menyewa jasanya dalam jangka terbilang tahunan.
 
Ia suka memakai patron 4-4-2 ganda 6. Sebuah sistem permainan hasil dari pembentukan formasi berlian yang bisa disulap jadi 4-2-3-1 dengan gelandang bertahan ganda, mampu bereaksi secara fleksibel terhadap perkembangan permainan. Pola ini bertumpu pada disiplin menjaga ruang daripada lawan secara perorangan, karena itu jarang kita mainkan.
 
Timnas kita lebih fasih mengusung 4-3-3 atau 3-5-2. Lantaran naluri pemain kita lebih senang mengiringi ke mana bergulirnya bola daripada mengawasi di mana lawan aktif berlari.
 
Umpan-umpan pendek serta gerak cepat di jarak sempit selama ini diandalkan sebagai senjata tajam di ajang internasional. Kendati prestasi malah jadi tumpul dalam setengah abad terakhir di level Asia.
 
Tae-yong mungkin bisa memperbarui pola pikir pemain dengan sistem permainan yang dianutnya sebagai pelatih. Namun, itu tidak dapat diterapkan dalam waktu cepat. Sedangkan durasi rata-rata dia melatih sebuah tim terbilang pula tidak lama. Situasi ini menurut logika menjadi ironis, bukan?
 
Terlepas dari itu, Saddil Ramdani cs tampaknya lebih butuh mengasup energi dari sebuah ginseng untuk menyusun kekuatan baru. Mereka dulu sudah menjelma banteng di tangan seorang matador, performanya menawan publik, tetapi tidak jauh beranjak dari kelas ASEAN.
 
Video: Soroti Kampanye Antirasisme Serie A, Yaya Toure Beberkan Diskriminasi di Sepak Bola
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ASM)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif