\ HB Samsi Peletak Dasar Sepak Bola Papua
Pemain Persipura berselebrasi usai menjebol gawang PSIS Semarang pada pertandingan pekan pertama Shopee Liga 1 2020. (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)
Pemain Persipura berselebrasi usai menjebol gawang PSIS Semarang pada pertandingan pekan pertama Shopee Liga 1 2020. (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)

HB Samsi Peletak Dasar Sepak Bola Papua

Bola persipura jayapura liga 1 indonesia
Roylinus Ratumakin • 27 April 2020 13:52
Jayapura: Mantan pemain Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Papua (PPLP) angkatan pertama, Carolino Ivakdalam, sempat mengunjungi mantan pelatih Persipura dan PPLP Papua HB Samsi di Malang. Kala itu, Samsi sudah berusia 84 tahun tapi masih ingat semua pemain Papua.
 
Atas jasanya sebagai peletak dasar sepak bola Papua, Samsi mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Papua pada September 2015 silam. Kontribusinya memang sangat diapresiasi pemerintah setempat dan para pencinta sepak bola di sana.
 
Jumat, 25 Maret 2016 silam, Samsi pergi untuk selamanya menghadap Sang Pencipta di Kota Malang, Jawa Timur. Peletak dasar sepak bola di Papua ini meninggalkan tiga orang anak yang sudah dewasa dan berkeluarga.
  Ketua Asosiasi Mantan Pemain Persipura (AMPP), Benny Jensenem, mengatakan sangat senang dengan penghargaan yang diberikan kepada HB Samsi dan Hengki Rumere dalam perayaan Hari Olahraga Nasional (HPN) beberapa waktu lalu. Hanya saja, Jensenem menyarankan agar ke depannya, mantan kapten Persipura era 1960-1970 Hengki Heipon juga pantas mendapat penghargaan.
 
Mungkin banyak yang tak mengenal Samsi. Dia merupakan bekas guru Sekolah Teknik Menengah (STM) Negeri Jayapura yang pertama kali mengenalkan gaya sepak bola samba di Persipura. Lelaki asal Jawa Timur ini melihat potensi anak-anak didiknya hingga rela meluangkan waktu untuk melatih anak-anak muda Papua.
 
“Latar belakangnya ternyata bukan seorang guru olahraga tetapi kata pepatah tak ada akar rotanpun jadi. Sebut saja murid-murid sekolahnya di STM Negeri Jayapura, Hengki Heipon, Tinus Heipon, Gento Rudolf Rumbino, dan Bob Sapai,” kata Benny kepada Medcom.id, Senin (27/4/2020).
 
Dikisahkannya, Persipura yang sebelumnya bernama Persikobar (Persatuan Sepakbola Kotabaru) lahir pada 1963. Pelatih pertamanya saat itu adalah Samsi yang dikelilingi para pemain bertalenta seperti Ari Sokoi (kiper); Dominggus Nai, Toni Marisan, Theo Daat, Yan Ui, Dominggus Waweyai, Dolf Rumbino, Willem Mariawasih, Gasper Sibi, Agustinus Pui, Adolof Hanasbe, Barnabas Youwe, Yan Wader, Benny Yensenem dan Korwa.
 
“Nama Persikobar berubah lagi pada 23 Mei 1965 menjadi Persipura (Persatuan Sepak Bola Sukarnapura atau sekarang Jayapura). Kemudian pelatih Kepala HB Samsi kembali lagi melatih Persipura pada Superliga Indonesia 1995. Di musim tersebut, Persipura mengalami kekalahan saat melawan Pupuk Kaltim di kandang sendiri, akibatnya Vespa tua miliknya jadi sasaran amuk massa dan dibakar,” kenang Benny.
 
Sebelumnya, Samsi dan Hengki Rumere melatih dan merekrut anak-anak berbakat di PPLP-Irian Jaya pada 1986. Mereka berdua melatih angkatan pertama PPLP Irian Jaya seperti Cristian Leo Jarangga, Ronny Wabia, Izak Fatari, Ritham Madubun, Aples Tecuari, Ferdinando Fairyo, Carolino Ivakdalam, Johanes Bonay dan David Saidui.
 
“Sejak menukangi Persipura, pak Samsi lebih banyak memakai metode dan gaya samba Brasil,” ujar Ferdinando Fairyo yang pernah merasakan tangan dingin Samsi.
 
Nando--sapaan akrabnya menjelaskan, skema yang diterapkan Samsi dimulai dari umpan-umpan pendek hingga mengandalkan kecepatan pemain sayap. Namun yang jelas, ciri khas anak-anak Papua dalam bermain bola adalah bakat alam dan gocek, atau cenderung terlalu individu.
 
Nando tak memungkiri peran Samsi sebagai peletak dasar gaya sepak bola Samba di Persipura. Tapi, terapat peran almarhum Brigjen Acub Zainal juga yang sangat besar. Acub Zainal merupakan sosok yang mendatangkan pelatih asing asal Singapura Choi Song On pada 1974-1975.
 
Bahkan ketika Persipura mewakili Indonesia ke Saigon (sekarang Ho Chi Min City) Vietnam Selatan pada 1974 silam, adalah Acub Zainal yang sukses membawa penjaga gawang Persema Malang, Suharsoyo untuk memperkuat Mutiara Hitam.
 
PPLP Papua yang pertama kali dibentuk pada 1986 jauh berbeda dengan yang sekarang. Para pemain yang terpilih saat itu, benar-benar direkrut langsung dari seluruh daerah di provinsi Irian Jaya.
 
Jadi, tak heran kalau PPLP Papua angkatan pertama berhasil menemukan bintang dari Manokwari Ronny Wabia, dari Biak Cristian Leo Yarangga dan Aples Tecuari dari Jayapura serta Izaac Fatari dari Sorong.
 
“Kami benar-benar seleksi sampai ke daerah-daerah” ujarnya.
 
PPLP Papua dibentuk bersamaan dengan merosotnya prestasi Persipura yang turun ke kasta Divisi Satu. Setelah itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Irian Jaya mendirikan Diklat Sepak Bola pada 1986.
 
Samsi mulai menggembleng bintang-bintang muda Papua melalui Diklat Sepak Bola di Lapangan Mandala. Para pemain jebolan angkatan pertamanya memiliki kemampuan individu yang bagus dan merata.
 
Pada awal 1990, Crist Leo Yarangga dan kawan-kawan mulai bangkit dengan menjuarai PON XIII di Jakarta. Saat itu, David Saidui menjebol gawang DI Aceh dengan “Gol Pantatnya” untuk menyabet medali emas.
 
“Memang Tim PON Papua XIII mempunyai pemain merata dan digembleng dalam sekolah sepak bola angkatan 1986-1990,” ujar Nando.
 
Rekan seangkatan Nando, Crist Leo Yarangga mengakui bahwa pelatih Samsi selalu memberikan latihan-latihan khusus bagi setiap pemain. Dia dan kawan-kawannya berhasil mengembalikan posisi Persipura ke Divisi Utama pada 1990 hingga sekarang ini.
 
“Latihan khusus itu sangat penting untuk meningkatkan kemampuan skill individu. Kami bermain murni dan kerja keras untuk mengembalikan Persipura ke Divisi Utama tanpa bantuan wasit terkecuali dengan pertolongan Tuhan,” ujarnya.
 
Walau Crist Leo, almarhum Ritham Madubun dan Ferinando Fairyo tak sempat membawa Persipura menjuarai kompetisi tertinggi Tanah Air, tapi kontribusinya tetap pantas diacungi jempol.
 
Alhasil, jebolan PPLP Papua angkatan pertama banyak yang terpilih memperkuat Timnas Indonesia. Sebut saja Crist Leo Yarangga, Aples Tecuari, Ronny Wabia, Izaak Fatari, Carolino Ivakdalam.
 
“Tujuh pemain asal Papua terpilih dalam tim Bareti,” imbuhnya.
(Roylinus Ratumakin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(KAH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif