Bukan perkara mudah bagi pesepak bola untuk bisa memainkan 1000 pertandingan. Namun, bagi Buffon, semuanya terasa mudah. Semakin terasa hebat, lantaran Buffon yang berusia 39 tahun, masih bisa tampil konsisten di level klub dan timnas.
Melihat pencapaian itu, tentu Gianluigi Donnarumma yang disebut-sebut sebagai kiper masa depan Italia harus lebih bersabar. Bisa dibilang, ia harus menunggu sampai Buffon memutuskan pensiun baru bisa mengambil alih posisi di timnas Italia.
Buffon yang memulai karier profesional bersama Parma menjalani 220 pertandingan. Lalu, bersama Juventus memainkan 612 pertandingan dan timnas Italia 168 pertandingan.
Sementara untuk rekor clean sheet, Buffon mencatat 426 pertandingan tanpa kebobolan. Sebuah pencapaian luar biasa bagi seorang penjaga gawang.
Berbicara clean sheet, Buffon memulai debutnya bersama tim senior Parma tanpa kebobolan. Padahal, ketika itu ia harus menghadapi tim sekelas AC Milan.
Gara-gara performa itu pula, kiper legendaris Italia, Dino Zoff menyebut Buffon adalah kiper masa depan. Dan terbukti, omongan Zoff terjadi. Sebab, Buffon menjadi andalan bersama Gli Azzurri.
"Saya belum pernah melihat debut seperti Buffon. Kepribadiannya menunjukkan kualitasnya," ujar Dino Zoff setelah melihat Buffon melakoni debutnya.

Gianluigi Buffon. (Foto: Daily Mail)
Tak sengaja menjadi kiper
Siapa sangka, di balik kepiawaiannya mengawal gawang, sebenarnya Buffon tidak memiliki niatan menjadi kiper. Usut punya usut, semuanya berawal ketika Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia 1990.
Usia Buffon masih 12 tahun ketika menyaksikan pertandingan sepak bola di layar televisi rumahnya. Lantaran fokus melihat sosok kiper di televisi, Buffon pun sampai menghiraukan panggilan sang ibu .
Ya, kiper yang disaksikan Buffon ialah Thomas N'Kono. Pemain berkulit legam yang mengawal timnas Kamerun. Buffon pun sempat berkata dalam hati, "Suatu saat nanti saya ingin menjadi kiper hebat seperti dia," kata Buffon dalam hatinya.
Selang satu tahun, Buffon akhirnya memutuskan untuk mengikuti akademi Parma yang berjarak 136 km dari daerah asalnya.
Awalnya, Buffon yang memiliki tinggi menjulang ingin menjadi striker. Namun, tidak tahu karena alasan apa, salah satu pelatih akademi meminta Buffon menjadi kiper.
Menariknya, saat itu, Buffon membuat penampilan cemerlang. Sehingga, seterusnya Buffon dipercaya untuk menjadi seorang penjaga gawang.

Gianluigi Buffon. (Foto: AFP/ Miguel Riopa)
"Saya menjadi kiper karena terinspirasi N'Kono. Saya dulu striker sampai umur 13 tahun. Hingga suatu hari, saya diminta menjadi penjaga gawang dan untungnya saya tampil bagus," tutur Buffon.
Setelah itu, Buffon akhirnya bergabung dengan tim senior Parma dan menjadi pilihan utama untuk mengarungi Liga Italia Serie A.
Dari sana, Buffon mulai bertemu pemain-pemain hebat macam Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Dino Baggio, hingga Gianfranco Zola.
Bersama Parma, Buffon tampil meroket. Ia bahkan mempersembahkan sejumlah titel untuk I Gialloblu. Namun, kebersamaan Buffon dengan Parma bertahan sampai 2001. Lalu, kiper berpostur 191cm bergabung dengan Juventus.
Tinggalkan Parma menuju Juventus
Performa cemerlang Buffon dipantau oleh Juventus. Dan benar saja, keinginan La Vechia Signora memboyong Buffon terealisasi.
Juventus harus merogoh kocek dalam karena harus mengeluarkan dana sebesar 53 juta euro (Rp758 miliar) dari Parma. Tak ayal, Buffon dinobatkan sebagai kiper dengan transfer termahal di dunia. Apalagi, transfer itu dilakukan pada 2001.
Namun, rasa-rasanya dana sebesar itu tidak sebanding dengan pengabdian Buffon. Sebab, ia mampu membuktikan bahwa harga mahal sebanding dengan kinerjanya di lapangan.
Kisah Buffon di Juventus tidak melulu indah. Buffon mendapatkan ujian pada 2006 ketika Juventus harus menjalani hukuman turun ke Serie B lantaran dinyatakan terlibat pengaturan skor.
Akan tetapi, Buffon tak bergeming. Ia tetap setia membela Juventus meski harus memulai dari Serie B. Padahal, ketika itu bersamaan Buffon menyiapkan diri untuk melakoni Piala Dunia 2006.
Namun, siapa sangka, sedang didera masalah di level klub, Buffon malah bersinar di Piala Dunia dengan menjadi juara usai menang dari Prancis via adu penalti.
Setelah itu, Buffon kembali membela Juventus bersama Alessandro Del Piero bahu membahu mengangkat kembali Juventus ke Serie A.
Tidak butuh waktu lama membawa Juventus kembali ke Serie A, setelah memainkan satu musim di Serie B, Juventus kembali eksis di Serie A dan menjadi tim yang disegani sampai saat ini.
Kini, Buffon sudah mencapai pertandingan ke-1000. Ia sempat bergurau, bahwa akan bermain sampai 1000 pertandingan lagi.

Foto: Daily Mail
"Saya beritahu Anda, bahwa saya akan memainkan 1000 pertandingan lagi," ujar Buffon.
Beredar informasi, Buffon akan mundur sebagai pesepak bola usai Piala Dunia 2018. Akan tetapi, lagi-lagi Buffon tidak memberikan kepastian terkait hal itu.
"Saya hanya berpikir untuk melakoni setiap pertandingan berikutnya," kata Buffon.
"Dalam kehidupan pasti ada tujuan. Sangat penting untuk meraih kemenangan. Tetapi, ketika Anda ingin menang maka akan ada risikonya. Jadi, kita perlu memikirkan hal-hal itu dengan tenang," tutur Buffon.
Pencapaian Buffon:

Video: Menang Tipis, Argentina Naik ke Posisi Tiga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ASM)