\ Hector Cuper Dikutuk Selalu Menjadi Nomor 2
Cuper gagal membawa Mesir menjadi juara Piala Afrika 2017
Cuper gagal membawa Mesir menjadi juara Piala Afrika 2017

Hector Cuper 'Dikutuk' Selalu Menjadi Nomor 2

Bola liga dunia
Hilman Haris • 06 Februari 2017 17:03
medcom.id, Libreville: Nasib sial sepertinya tak mau jauh dari Hector Cuper. Terbaru, pelatih asal Argentina itu tertimpa nasib buruk usai skuat asuhannya, yakni timnas Mesir kalah dari Kamerun dengan skor 1-2 di final Piala Afrika 2017, Minggu 5 Februari.
 
Hector Cuper 'Dikutuk' Selalu Menjadi Nomor 2
 
Baca juga: Kamerun Juara Piala Afrika 2017
  Kekalahan itu mempertegas kutukan yang sudah melekat di benak Cuper. Bukan apa-apa. Sepanjang karier, Cuper sudah keok lima kali di babak final.
 
Kekalahan pertama terjadi di Final Copa Del Rey 1997--1998. Kala itu, Cuper sedang membesut Real Mallorca. Kesempatan menggondol gelar menguap setelah Mallorca kalah adu penalti dari Barcelona.
 
Cuper mencoba peruntungan di Valencia pada musim berikutnya. Alih-alih memperbaiki nasib, Cuper justru harus kembali tertunduk malu setelah Valencia gagal di final Liga Champions dua musim berturut-turut. Pertama terjadi pada final 1999-2000. Asa Cuper melihat timnya menang harus kandas setelah dibantai Real Madrid dengan skor 0-3.
 
Valencia kembali ke babak pamungkas Liga Champions pada musim berikutnya. Tapi, Dewi Fortuna ternyata belum berpihak kepada Cuper. Valencia kalah adu penalti dari Bayern Muenchen di final 2000--2001.
 
Pelatih yang kini berusia 61 tahun tersebut nampak berusaha 'buang sial' dengan meninggalkan tanah Spanyol dan memilih melatih klub papan atas Italia, Inter Milan pada 2001--2002. Awalnya, perjalanan Cuper bersama Inter sangat indah. La Beneamata yang masih diperkuat Ronaldo tampil impresif dan sukses berada di papan atas hingga pekan ke-33.
 
Namun setelah itu, sepak bola terasa sangat kejam buat Cuper. Inter yang tinggal membutuhkan satu kemenangan pada laga pamungkas untuk mengamankan gelar malah kalah dari Lazio dengan skor 2-4. Hasil tragis yang membuat Inter terlempar hingga ke posisi ketiga karena pada saat bersamaan Juventus dan AS Roma sukses memetik tiga angka.
 
Juventus dinobatkan sebagai juara usai mengumpulkan 71 poin. Mereka unggul satu angka dari Roma dan dua poin dari Inter Milan. Cuper kembali bersedih karena gagal pada saat-saat akhir.
 
Magis Cuper mendadak hilang sejak saat itu. Ia terus dihantui kegagalan saat membesut Real Mallorca (2004--2006), Real Betis (2007), Parma (2008), timnas Georgia (2008--2009), Aris Thessaloniki (2009--2011), Racing Santander (2011), Orduspor (2011--2013), hingga akhirnya dipecat dari klub asal Uni Emirat Arab (UEA), Al-Wasl pada 2014.
 
Kans Cuper untuk memperbaiki nasib sebetulnya muncul saat melatih Aris Thessaloniki. Tapi kutukan sebagai pelatih runner-up kembali menghantui. Aris Thessaloniki takluk dari Panathinaikos di babak final Piala Yunani 2009--2010.
 
Setelah dari Al-Wasl. Cuper ditunjuk untuk melatih timnas Mesir pada 2015. Kala itu, ia ditargetkan membawa Mesir berprestasi di Piala Afrika 2017. Bukan target muluk karena Mesir dihuni deretan pemain top di kompetisi Eropa.
 
"Saya tak percaya dengan kutukan. Saya yakin momen memenangkan trofi bakal datang. Saya ingin mewujudkan itu di turnamen ini," tegas Cuper dengan penuh keyakinan sebelum Piala Afrika 2017 bergulir.
 
Sebuah optimisme yang berakhir duka. Mesir kalah dari Kamerun di babak final. Entah apa salah Cuper. Ia seperti sudah ditakdirkan untuk menjadi nomor dua.
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(HIL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif