"Saya Selaku Ketua PSSI (periode) 2016--2020. Sampai titik darah penghabisan, saya akan laksanakan tugas, amanat rakyat, untuk PSSI berkibar di nusantara," kata Edy dalam acara silaturahmi Gubernur Sumatera Utara yang ditayangkan Metro Pagi Prime Time, Kamis 6 Desember.
Desakan revolusi tak henti-hentinya tertuju pada PSSI terkait semakin bobroknya prestasi Timnas Indonesia di kancah Asia Tenggara maupun Asia. Salah satunya, berbagai pihak menginginkan Edy mundur dari jabatan ketua umum.
Edy yang kerap menuai kontroversi dengan penyartaan-pernyataannya membuatnya makin terlihat inkompeten dalam memegang jabatan krusial di PSSI tersebut. Apa lagi, kini ia juga bertanggung jawab sebagai Gubernur Sumatera Utara.
Namun, hal tersebut ternyata tak membuat Edy goyah dalam mempertahankan jabatannya. Bahkan, mantan Pangkostrad TNI itu yakin dirinya mampu membawa Timnas Indonesia berprestasi di kancah dunia.
"Tahun 2045 Indonesia akan menjuarai di piala dunia. Saat ini, mulai lahir pujangga-pujangga bola kita. Dari usia 16 sampai usia 19 (tahun), ini yang perlu kita kawal," lanjut dia.
Kredibilitas PSSI sebagai induk sepak bola Indonesia semakin dipertanyakan menyusul kasus pengaturan skor atau match fixing yang baru-baru ini mencuat. Pasalnya, salah satu anggota Komite Eksekutif mereka, Hidayat, terseret dalam kasus tersebut.
Hidayat dihukum karena berupaya melakukan pengaturan skor pada laga Madura FC kontra PSS Sleman di babak delapan besar Liga 2 Indonesia 2018. Hasil sidang Komdis menghukum Hidayat tiga tahun dilarang berkecimpung di sepak bola nasional dan denda Rp150 juta. Hukuman tersebut mengacu kepada Pasal 65 Kode Disiplin PSSI yang membahas soal taruhan (judi).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(REN)