Roberto Mancini dan Frank de Boer jadi korban dari keberpihakan manajemen Inter kepada pemain. Ketimbang melego pemain bintang yang menjadi pemicu pertikaian, manajemen lebih memilih untuk mendepak Mancini serta De Boer saat kompetisi belum separuh jalan.
Sebuah kebijakan yang akhirnya layak disyukuri oleh fan Inter. Sebab bersama Stefano Pioli sebagai pelatih baru, Inter kembali memperlihatkan taji di Serie-A 2016--2017. Tak tanggung-tanggung, Pioli sukses membawa Inter meraih kemenangan dalam tujuh laga terakhir di pentas Serie-A.
Beda Inter, beda pula nasib sang rival sekota, AC Milan. Ketika Inter terpuruk pada awal musim, Milan justru bersinar sehingga kerap menuai pujian. Moril Carlos Bacca rasanya makin meninggi setelah mengalahkan Juventus di dua ajang berbeda. Pertama pada pekan kesembilan Serie-A, 23 Oktober 2016. Lalu kembali menang di final Piala Super Italia 2016 di Doha, 23 Desember. Sebuah trofi yang diyakini mengawali kebangkitan I Rossoneri.
Baca juga: Inzaghi: Pemain Muda AC Milan adalah Masa Depan Timnas Italia
Tapi apa daya. Prediksi itu ternyata meleset jauh. Sejak menang atas Juventus, skuat asuhan Vincenzo Montella tersebut hanya menang dua kali dalam enam laga di semua ajang. Jika dikerucutkan, I Rossoneri cuma menang satu laga dari empat pertandingan di Serie-A sejak juara di Piala Super Italia.
Kekesalan fan Milan bisa jadi makin memuncak pada saat ini. Bukan apa-apa, keterpurukan tim kesayangan terjadi saat Inter sedang melejit.
Beruntung bagi Milan, Serie-A berlangsung selama 38 pekan. Andai saja Serie-A ditentukan oleh hasil dari enam laga terakhir, I Rossoneri bakal terperosok ke peringkat ke-16 klasemen. Posisi yang notabene hanya dua strip dari jurang degradasi. Situasi ini terasa makin pahit buat fan Milan karena di sisi lain Inter dinobatkan sebagai juara jika Serie-A mengacu pada hasil enam laga terakhir.
Klasemen Serie-A 2016--2017 jika berpatokan hasil enam laga terakhir
.jpg)
(Data darifussballdaten.de)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(HIL)