Menurut penjelasan Dede Supriyadi selaku Direktur Kompetisi IJSL, sejatinya Lapangan Sepak Bola Jakarta Japan Club Sports Community bisa menampung 13 lapangan untuk anak-anak usia dini. Namun, pihaknya hanya diperkenankan memakai setengah bagian dari lokasi itu karena sedang ada perbaikan.
Sebelum diizinkan kembali menggunakan lapangan milik Jepang itu, IJSL 2017 terpaksa bergulir di Lapangan Sepak Bola GOR Ciracas, Jakarta Timur. Di sana hanya terdapat satu lapangan berukuran normal, dan jarak antara tribun dengan lapangan terbilang cukup jauh.
"Padahal di sini (Japan Club Sports Community) tempatnya lebih bagus karena tanahnya rata, dan rumputnya juga bagus. Jadi, anak-anak bisa mengeluarkan kemampuannya dengan lebih baik dan mengurangi risiko cedera juga," kata Dede kepada Metrotvnews.com.
Klik:Hanya Ronaldo dan Messi yang Bisa Pecahkan Rekor Rooney di MU
Berhubung menggunakan lokasi yang lebih luas, IJSL kali ini langsung memainkan dua kategori usia, yakni U-8 dan U-10. Dari kedua kategori itu terdapat 42 tim yang bertanding dan ada 65 laga yang digelar. Laga pertama sudah dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berakhir semuanya sekitar pukul 15.30 WIB.
Pihak keluarga maupun kerabat yang biasanya datang memberikan dukungan terlihat lebih ramai ketimbang biasanya. Meski tidak tersedia tribun penonton, mereka tetap antusias menyaksikan pertandingan sambil menggelar tikar layaknya piknik keluarga.
Para keluarga yang mendukung anak-anaknya bertanding di IJSL 2017. (Foto: MTVN/Kautsar)
Teriknya sinar matahari adalah salah satu tantangan bagi para suporter yang datang. Namun, itupun bisa diatasi karena terdapat pohon rindang yang berbaris di depan gerbang masuk. Jika ingin menyaksikan pertandingan lebih dekat lagi, para orang tua juga diperbolehkan berdiri di pinggir lapangan.Dukungan orang tua di IJSL 2017 pic.twitter.com/sIVTo0Trrk
— Kautsar Zamrocknight (@Zamronice) 6 Agustus 2017
Klik:Muenchen Juara Piala Super Jerman di Markas Dortmund
Bentuk dukungan seperti sorak sorai atau tepuk tangan sering kali terdengar lantang dari sisi lapangan ketika para peserta bertanding. Namun, tidak jarang juga ada penonton yang meneriaki wasit ketika melihat sebuah keputusan atau hasil pertandingan yang tidak sesuai dengan harapannya.
"Harusnya itu tidak boleh dilakukan karena bukan kemenangan yang menjadi tujuan diadakannya kompetisi ini. Tapi itu biasanya bisa diatasi ketika kami memberikan pemahaman tentang arti sepakbola usia dini yang mana anak-anak seharusnya belajar mencintai sepak bola terlebih dahulu," papar Dede.
Dari sekian banyak suporter yang hadir, terdapat juga keluarga legenda bulu tangkis Indonesia Taufik Hidayat dan presenter olahraga Darius Sinathriya yang ikut mendukung anaknya. Selain itu, mantan bintang timnas Indonesia Firman Utina juga turut mengawal langsung Sekolah Sepak Bola (SSB) miliknya, yakni FU15FA Bina Sentra. Kehadiran mereka tentu menjadi magnet tersendiri bagi IJSL 2017.
Darius Sinathriya dan keluarga sedang menyaksikan anaknya tampil di IJSL. (Foto: MTVN/Kautsar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(KAU)
